Jumat , 22 November 2024
Home / NEWS / Ada 7 Ribu Kasus Stunting di Sanggau Sepanjang 2019

Ada 7 Ribu Kasus Stunting di Sanggau Sepanjang 2019

 

Foto--Kadis Dinkes, dr. Jones Siagian.M.Qih
Foto–Kadis Dinkes, dr. Jones Siagian.M.Qih

 

KALIMANTAN TODAY, SANGGAU. Kepala Dinas Kesehatan (Kadis Dinkes) Kabupaten Sanggau, Jones Siagian mengungkapkan kasus stunting yang terjadi di Kabupaten Sanggau di tahun 2019 menurun. Jika pada 2018, angka stunting tercatat mendekati 30 persen dari 35 ribu anak, maka tahun 2019 tercatat 21 persen atau 7 ribu kasus dari 35 ribu anak.

“Berdasarkan data-data tersebut, terjadi penurunan kasus yang cukup signifikan dari tahun 2018 hingga 2019. Tentunya dengan beberapa langkah yang sudah kita ambil,” kata Jones belum lama ini.

Jones menegaskan akan meneruskan program yang dianggap sukses menurunkan angka stunting.

“Apalagi melalui kebijakan pak Bupati di dalam beraum bekudong (rapat besar) itu, semua kecamatan, kelurahan dan desa diminta untuk tetap melakukan upaya-upaya pencegahan stunting. Salah satunya kerjasama yang kita lakukan lintas profesi dengan komitmen lawan stuntingnya, tapi memang kita belum dapat informasi sejuahmana hasilnya. Kita tetap berharap kasus stunting tahun 2020 ini turun,” harapnya.

Langkah-langkah yang sudah dilakukan Dinkes, lanjut Jones adalah dengan melakukan survei dan melakukan pemetaan. Dinkes juga sudah mendapatkan data daerah mana saja yang kasus stuntingnya tinggi. Setidaknya ada delapan kecamatan.

“Urutan pertama Kota Sanggau Kecamatan Kapuas, kedua Bodok Kecamatan Parindu dan ketiga Kecamatan Toba. Untuk kecamatan lainnya saya lupa. Dari data itulah kita melakukan langkah-langkah,” ujar Jones.

Dijelaskan Jones, kasus stunting sebenarnya membutuhkan waktu cukup lama.

“Artinya kronislah. Karena stunting inikan gagal tumbuh. Yang seharusnya dengan umur 10 tahun tinggi badannya sekian, tapi tidak sampai,” terang Jones.

Jones menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan stunting. Pertama itu asupan makanan.

“Artinya konsumsi makanannya yang tidak pas. Kemudian, ada beberapa penyakit yang mendasarinya, misalnya TBC, atau ada gangguan pencernaan dan segala macam sehingga apa yang dia konsumsi tidak terserap,” ungkapnya.

Jika kasus atau penyebab-penyebabnya yang seperti itu, Dinkes akan mengambil langkah-langkah kongkret.

“Kalau asupannya itu karena ketidaktahuan orangtua maka kita akan lakukan penyuluhan, Kalau karena penyakit kita sembuhkan penyakitnya. Kalau dia orang sangat tidak mampu kita bantu untuk memberikan makanan tambahan. Dengan cara-cara seperti itu relatif angka stunting dapat kita turunkan,” tuturnya. (Ram)

Tentang Kalimantan Today

Cek Juga

Desa ODF di Kabupaten Sanggau Bertambah Jadi 13, Tertinggi di Kembayan

  KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Berlahan tapi pasti, jumlah desa Open Defecation Free (ODF) atau yang sudah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *