Sabtu , 23 November 2024
Home / HUKUM / Terlantar Dihutan Malaysia, Ibu dan Anak Asal Medan Dipulangkan Ke Indonesia

Terlantar Dihutan Malaysia, Ibu dan Anak Asal Medan Dipulangkan Ke Indonesia

60dc5574-3229-46e1-9f07-9e01b29f20b3

 

 

KALIMANTAN TODAY, PONTIANAK – Ibu lima anak asal Medan Sumatera, yang terlantar dalam hutan kawasan Batu 9, Bintulu, Sarawak, Malaysia, Senin (2/12), diserahkan dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching untuk pulang ke tanah air.

Pelaksana Fungsi Konsuler I Perlindungan WNI KJRI Kuching, Lucky Nugraha.menjelaskan, Pak Konsul Jenderal RI, Yonny Tri Prayitno yang melepas keberangkatan Bu Milda dan lima anaknya dari KJRI.

“Keenam Warga Negara Indonesia (WNI) ini bernama Milda Sitomorang (45) dan lima orang anaknya; Diana (9), Akbar (6), Murni (5), Linda (4) dan Puteri (2). Mereka sebelumnya dievakuasi oleh staf KJRI Kuching dari tempat penampungan sementara di Bintulu pada Senin, 18 November 2019,” ujarnya.

Mereka dievakuasi karena dilaporkan telantar setelah suami Milda, Irwan, meninggal di rumah sakit setempat setelah terkena virus ‘kencing tikus’. Setelah dievakuasi, mereka diinapkan di rumah penampungan (shelter) milik KJRI sambil menunggu proses pemulangan ke tanah air.

“Jadi, KJRI Kuching hari ini memulangkan Bu Milda beserta kelima anaknya dari penampungan sementara KJRI Kuching melalui jalan darat via perbatasan Tebedu-Entikong ke Pontianak, Kalimantan Barat,” ujar Lucky.

BACA: 95 Pucuk Senjata Api Rakitan diserahkan Warga Dua Dusun di Kecamatan Air Besar Kepada Aparat Kepolisian

BACA: 1 Tahun Kalimantan Today

Setibanya di Pontianak, mereka akan diinapkan di rumah penampungan BP3TKI Pontianak. Kemudian perjalanan akan dilanjutkan esok hari dengan pesawat tujuan ke Medan, Sumatera Utara.

“KJRI Kuching juga telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk penanganan Bu Milda sekeluarga selanjutnya di Indonesia,” tutur Lucky.

Sebelumnya, Francis Ngu Hown Hua, perwakilan komunitas Exrameal Bintulu dan pegiat Medsos Bintulu News menceritakan, sebelum dibawa ke shelter, keenam WNI ini sudah ditampung selama dua bulan di tempat penampungan kawasan Bintulu.

“Jadi awal mulanya, banyak yang menuduh ibu berbohong untuk dikasihani publik agar sayurannya terjual. Setelah kami teliti, memang banyak pakis dan sayuran lain sebenarnya adalah tanaman suaminya, almarhum Pak Irwan,” kisah Francis.

Pengamatan Francis, saat pulang dari menjual sayur Milda sering memberhentikan mobil untuk menumpang. “Tapi orang-orang melihatnya ibu ini sudah gila. Saya ikuti, dan ternyata ibu ini harus melewati jalan tanah berbatu untuk menjual sayuran. Perjalanan dari hutan yang dia tinggali ke tempat menjual sayur, berkilo-kilometer,” katanya.

Informasi awal ini kemudian didalami oleh Francis dan teman komunitasnya. Pada 12 Mei 2019 lalu, tepat bulan Ramadan, sampailah aktivis kemanusiaan ini ke rumah yang dihuni Milda. Butuh waktu dan akses yang susah untuk mencapai lokasi rumahnya. Di tengah hutan dan jauh dari pemukiman masyarakat.

Di gubuk kayu itu, Milda tinggal bersama suaminya, Irwan, warga asal Sulawesi Tengah yang kala itu masih berusia 37 tahun. Serta kelima anaknya yang masih kecil.

“Kepada kami, mereka bercerita. Bahwa Bu Milda awalnya kerja di Miri. Kemudian lari ke Bintulu. Bertemulah dengan Pak Irwan. Mereka menikah dan tinggal di lahan orang. Mereka dikarunia lima anak yang proses persalinannya dibantu bidan kampung,” ceritanya.

Gubuk yang menjadi hunian mereka, terletak di kawasan hutan Batu 9. Lahan yang tak begitu luas milik orang lain itu, dikelolanya untuk berkebun.

“Saat itu, Pak Irwan mengaku kalau dia sudah dua tahun sakit kencing kuning,” ujar Francis.

Karena sakit tersebut, membuat Milda harus ke pasar menjual hasil kebun demi bertahan hidup. Sementara kelima anaknya ditinggal di rumah dan bermain di dalam hutan. Kondisi anak-anaknya juga sangat tragis. Seperti tidak diurus.

Sejak mengetahui kondisi itu, Francis dan komunitasnya giat mengumpulkan dan menyalurkan donasi untuk keluarga Irwan ini. Berupa pakaian dan makanan. Memang, komunitas mereka bergerak dibidang kemanusiaan.

Seiringnya waktu, kondisi Irwan tambah parah. Dia terpaksa dilarikan ke rumah sakit terdekat. Pertolongan medis telah diberikan, tapi nyawa Irwan tak dapat diselamatkan. Dia meninggal dunia pada 16 Oktober lalu, karena terserang virus kencing tikus. “Saat itu banyak yang kira Bu Milda ini mengalami gangguan jiwa. Tapi sebenarnya, dia stres. Pikiran tak menentu. Kemana lagi meminta tolong,” ujar Francis.

Kemudian, Francis mencari tahu kemana dia akan mengadukan kondisi keluarga ini. Sampai akhirnya dia bertemu dengan orang-orang yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia (Forkommi) yang ada di Bintulu.

“Kemudian dengan melakukan koordinasi bersama pihak Forkommi dan masyarakat peduli kemanusiaan lainnya, kami berusaha menolong Pak Irwan. Semua fasilitas terbaik dan biayanya rumah sakit kami berikan, namun Tuhan berkehendak lain. Setelah dua pekan dirawat, suami ibu ini akhirnya meninggal,” tuturnya.

Francis mengaku, dalam memberikan pertolongan kemanusian seperti ini, ia bersama teman-temannya tidak pernah melihat latar belakang siapa yang ditolong.

“Seperti keluarga ibu dan lima ini kami tidak melihat dia itu berasal dari mana, suku apa, agama apa. Kegiatan kami ini murni peduli rasa kemanusiaan antarsesama kita. Dan kami akan tetap komitmen membantu semampu kami,” tegasnya.

Salah seorang anggota Forkommi di Bintulu, Muhammad Kholili  menambahkan, pihaknya mengetahui ada keluarga asal Indonesia yang telantar dan sakit-sakitan itu memang dari Francis.

“Kami bersama kawan-kawan langsung menjenguk ke rumah sakit. Kami bersepakat akan membantu keluarga ini. Setelah Pak Irwan meninggal pun, keluarga ini kami tampung dan rawat. Sambil menunggu pihak KJRI datang menjemput,” tuturnya, sebelum melepaskan Milda dan kelima anaknya ke staf KJRI. (jon)

Tentang Kalimantan Today

Cek Juga

Ginting: Jasa Pelayanan Bisa Dibayarkan Tiap Bulan, Asal….

  KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Persoalan keterlambatan pembayaran jasa pelayanan medis yang berujung pada aksi demo tenaga …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *