KALIMANTAN TODAY, PONTIANAK–Apabila berbicara tentang bela negara, kesan yang pertama muncul di tengah-tengah masyarakat sudah pasti terkait militerisasi. Padahal tidak demikian.
“Bela negara lebih kepada tekad, perilaku dan sikap,” kata Bondan Tiara Sofyan, Direktur Jenderal (Dirjen) Potensi Pertahanan (Pothan) Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI.
Ia menyampai hal tersebut saat Dialog Kebangsaan dengan tema “Toleransi Wujud Aksi Bela Negara” di Konferensi dan Teater Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Jumat (15/11/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Bondan mengatakan, saat ini bela negara lebih ditekankan pada kesadaran cinta tanah air dan menyadari perbedaan dalam berbangsa, bernegara, dan rela berkorban.
Serta memercayai bahwa Pancasila sebagai ideologi yang dapat mempersatukan seluruh rakyat Indonesia. “Saat ini sudah ada UU 23/2019. Di situ disampaikan mengenai bela negara dan komponen cadangannya,” ungkap Bondan.
Kalau komponen cadangan itu dilatih militer. Pendaftarannya secara sukarela. “Siapa saja boleh mendaftar. Nanti diseleksi, kalau kompetensinya masuk, fisik juga masuk, maka akan dilatih,” jelas Bondan.
Dalam dialog yang digelar dengan format interaktif disiarkan langsung Pro 3 RRI serta Pro 1 dan Pro 2 RRI seluruh Indonesia dan dihadiri langsung 350 siswa dan mahasiswa itu, Bondan juga menjawab berbagai pertanyaan dari audiens. Di antaranya terkait isu bela negara di perbatasan negara.
Bondan menjelaskan, permasalahan utama di daerah perbatasan itu terkait kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan. Ini yang harus diatasi seraya membangun semangat bela negaranya.
“Bela negara ini wajib bagi seluruh rakyat Indonesia dan bukan militerisasi, bahkan tidak akan pernah wajib militer,” tutup Bondan.(dik)