KALIMANTAN TODAY, SANGGAU – Kepala Dinas Ketahanan Pangan,Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan (Dishangpang Hortikan) Kabupaten Sanggau John Hendri mengaku kaget mendengar informasi lonjakan harga cabai sebesar Rp 110 ribu perkilo yang disampaikan wartawan usai melakukan penelusuran di salah satu pasar tradisional di Kota Sanggau Kamis (22/8) pagi.
“Ya kaget, tapi akan segera saya cek lagi karena kemarin di bulan Mei-Juni dan Juli, masih berkisar antara Rp50-60 ribu perkilo,” kata John, Kamis (22/8).
Ia menyebut penyebab tingginya harga cabai lantara petani enggan menanam mengingat memasuki musim kemarau.
“Saya kira petani kita sudah memperkirakan, ketika memasuki bulan Juli itukan sudah mulai memasuki musim kemarau. Pada posisi ini petani menahan dulu untuk tidak menanam, karena tanaman cabai ini kan butuh banyak air. Begitu mereka nahan untuk tidak nanam, maka pasokan kurang sehingga harga jadi naik, karena memang cabai ini merupakan kebutuhan dasar,” beber John Hendri.
Meskipun ada beberapa sentra tanaman cabai di Sangggau yang melakukan panen, tetap tidak mencukupi kebutuhan yang ada.
“Misalnya di Senyabang, tanggal 15 Agustus kemarin mereka panen, begitu juga sentra lainnya ada beberapa, tapi tetap tidak mencukupi,” ungkapnya.
Di Kabupaten Sanggau, ungkap John, ada beberapa sentra tanaman cabai yang menjadi pemasok kebutuhan masyarakat diantaranya Kecamatan Tayan Hulu, Kecamatan Tayan Hilir dan Kecamatan Batang Tarang.
Berdasarkan indeks konsumsi cabai di Kabupaten Sanggau sebesar 1,6 Kg perkap pertahun. Sedangkan untuk produksi cabai berdasarkan data tahun 2018 sebesar 416 ton. Sementara kebutuhan cabai di Sanggau 732,2 ton pertahun.
“Jadi artinya, kalau 732,2 ton dikurangi 416 ton berarti masih ada kekurangan sekitar 300 ton cabai pertahun, tentunya kekurangan ini disuplay dari luar,” pungkas dia.
John memastikan bahwa kondisi mahalnya cabai saat ini hanya bersifat sementara.
“Nanti kita bicarakan dengan Disperinsagkop dan Bulog apakah perlu kita melakukan operasi pasar,” tuturnya. (Ram)