Jumat , 22 November 2024
Home / NEWS / Organisasi Pangan Dunia dan Kementan RI Kembangkan Padi Organik di Sanggau

Organisasi Pangan Dunia dan Kementan RI Kembangkan Padi Organik di Sanggau

Sejumlah petani menanam padi di areal persawahan desa Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (11/7). Meski telah memasuki musim kemarau yang beresiko kesulitan air, petani di daerah tersebut tetap menanam padi dengan sistem pengairan pompanisasi. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/ed/nz/14.
Sejumlah petani menanam padi di areal persawahan. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/ed/nz/14.

KALIMANTAN TODAY, SANGGAU – Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) bekerjasama dengan Kementerian Pertanian RI berencana akan mengembangkan padi organik di Kabupaten Sanggau, khususnya wilayah perbatasan.

Wakil Direktur FAO di Indonesia, Ageng Herianto.
Wakil Direktur FAO di Indonesia, Ageng Herianto.

“Kenapa Sanggau dipilih? Karena informasi dari Kementerian Pertanian, akses pasarnya bisa lebih luas lagi,” Wakil Direktur FAO di Indonesia, Ageng Herianto kepada wartawan.
Tiga kecamatan yang menjadi saaran adalah Kembayan, Sekayam dan Entikong. Ageng mengaku telah mengindentifikasi, melihat dan bertemu dengan para kelompok tani di tiga kecamatan tersebut.

“Petaninya mau, wilayah dan fasilitasnya termasuk sawah organik juga relatif siap. Ada 103 hektar lahan yang sudah siap untuk program ini,” imbuhnya.

Hal pertama yang akan dilakukan adalah memperkuat proses produksi petani. “Karena pertanian organik itu memerlukan sertifikasi dan lain sebagainya. Nanti kalau sudah sesuai sertifikasi yang kami rencanakan dalam tiga musim tanam, selanjutnya akan disertifikasi,” terang dia.

Saat bersamaan, pengalaman-pengalaman dibanyak tempat, pertama, keterlibatan Pemerintah Daerah harus juga kuat.

“Pada pengalamannya kelompok organik itu didukung oleh Pemerintah Kabupaten kemudian perlahan-lahan dia bisa mencari pasar yang lebih luas lagi. Jadi ada tahapan-tahapan yang kita perkuat dulu di proses produksinya,” jelasnya.

Ditegaskan Ageng, tanaman padi organik ini akan berdampak pada lingkungan dan kesehatan.

“Ini yang utama. Lingkungannya semakin baik, kualitas pakannya juga semakin baik dan kualitas pangannya juga semakin baik. Itu akan diikuti upaya kesejahteraan petani karena mampu menghasilkan dan menjual produk dengan kualitas tinggi,” ungkapnya.

Ia pun memastikan, FAO akan memberikan pendampingan hingga petani memiliki sertifikasi organik.

Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan (Dishangpang Hortikan) Kabupaten Sanggau, H. John Hendri menegaskan, agar petani mendapatkan sertifikasi padi organik, ada tahapan yang harus ditempuh.

“Misalnya, tidak boleh menggunakan pupuk kimia dan perbanyak menggunakan pupuk organik. Untuk memastikan padi itu bebas dari pupuk kimia, ada yang namanya sertifikasi, makanya ada istilah ISO 9000 dan sejenisnya. Dan FAO mendampingi kita sampai mendapatkan sertifikasi itu,” kata John.

John menegaskan goal (tujuan) dari program tersebut adalah ekspor. Konsumen luar negeri yang membeli beras petani bisa memastikan bahwa produksi kita bebas residu atau bebas zat kimia yang dibuktikan dengan sertifikasi organik.

“Tentu akan menambah nilai jual. Program ini akan dimulai tahun 2019 sampai 2021. Jadi ada konsep FAO ini yang akan kita serap untuk kita sebarkan lagi kepada kecamatan yang belum. Kalau ini kan FAO full untuk tiga kecamatan. Tahun 2020 kita coba usulkan di APBD kita untuk Kecamatan lain yang belum. Ya mudah – mudahan bisa berjalan,” imbuhnya.

Bupati Sanggau, Paolus Hadi menyampaikan terimakasih kepada FAO dan Kementerian Pertanian yang telah memilih tiga kecamatan di wilayah perbatasan Kabupaten Sanggau.

“Kita punya peluang untuk semakin berkembang. Saya dukung betul supaya petani kita yang mendapatkan program ini bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Orang kita ini kan lihat contoh dulu,” kata PH, sapaan akrab Paolus Hadi.

Bupati memastikan pasar beras organik saat ini sangat disukai konsumen luar negeri. Mengingat beras organik lebih higienis.

“Saya cuma berpesan pada FAO, jangan kerja sendiri. Selalu libatkan Dinas Pertanian supaya nanti transfer knowledge dan sistem kerja mereka berikutnya bisa kita ikuti, kenapa tidak? Kalau petani kita respon dengan sistem pertanian organik ya kita bisa kembangkan sendiri,” ujar PH. (Ram)

Tentang Kalimantan Today

Cek Juga

Desa ODF di Kabupaten Sanggau Bertambah Jadi 13, Tertinggi di Kembayan

  KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Berlahan tapi pasti, jumlah desa Open Defecation Free (ODF) atau yang sudah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *