KALIMANTAN TODAY, BEIJING – Di sela kunjungannya ke Beijing, ibukota Tiongkok, Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri berkunjung ke Museum China Red Sandalwood, yang berisikan seluruh koleksi furniture dari kayu cendana.
Museum itu berada di tengah kota Beijing, dimana Megawati disambut oleh kurator sekaligus pendiri museum itu Chan Laiwa. Bersama Direktur museum yang juga suami Chan Laiwa, Chi Zongrui, serta cucu-cucunya.
Ketika disambut, Megawati langsung diajak berfoto di sebuah singgasana yang merupakan imitasi dari singgasana kaisar Tiongkok di Istana Kota Terlarang. Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu lalu diajak berkeliling ke seluruh gedung museum yang berlantai lima itu.
Ribuan koleksi benda seni yang terbuat dari kayu cendana dipertunjukkan. Dari kursi singgasana, tempat tidur kerajaan, pembatas ruangan, meja belajar serta meja bekerja, dan lain-lain. Begitupun miniatur bangunan kuno Tiongkok dari bahan kaya cendana juga dipajang.
Satu jam lebih berada di tempat itu, Megawati menuliskan kesannya di sebuah kertas besar berwarna merah.
“Untuk Ibu Chan Laiwa yang terhormat. Suatu kehormatan bagi saya untuk melihat suatu koleksi kayu yang sangat luar biasa,” demikian salah satu kutipan tulisan Megawati di buku itu.
Megawati pun diberi replika lukisan hasil karya seniman dari era Dinasti Tang yang lukisan aslinya dipajang di Kota Terlarang, Beijing.
“Ini seperti lambang partai saya,” ujar Megawati merujuk lukisan yang sekilas mirip banteng.
Chan Laiwa adalah salah satu perempuan terkaya di Tiongkok. Dirinya dikenal sebagai pemilik Fuwah International Group, salah satu pengembang properti terbesar di sana. Selain dikenal sebagai filantropis dan aktivis sosial, Chan Laiwa juga diketahui menginvestasikan uangnya hingga 20 Miliar Yuan (setara sekitar Rp40 triliun) untuk membangun museum tersebut.
Makan Bersama Mao Zedong dan Soekarno
Sebelumnya, Megawati juga menyempatkan diri untuk makan di restoran Dong Laishun, dekat dengan Distrik Dashilan, Kota Beijing. Jaraknya tak begitu jauh dari lokasi Kota Terlarang yang terkenal.
Restoran itu memiliki sisi historis dimana pemimpin besar China, Mao Zedong, menjamu Proklamator RI Soekarno. Foto Mao dan ayahanda Megawati itu tampak dipajang di pintu masuk restoran itu. Bahkan yang lebih besar ditempatkan di hall utama restoran itu. Megawati pun sempat diabadikan tak jauh dari foto tersebut.
Restoran itu menyajikan makanan yang direbus dengan tungku, mirip dengan restoran hotpot di mal di Jakarta. Bedanya, bila hotpot di Jakarta menggunakan kompor listrik, restoran ini menyajikan tungku yang dipanaskan dengan arang dan api.
Megawati berkunjung ke China sejak akhir pekan lalu dalam rangka menjadi pembicara kunci dalam seminar World Peace Forum yang diselenggarakan Tsinghua University, salah satu universitas paling prestisius di China. (*)