KALIMANTAN TODAY, BENGKAYANG – Lancarnya pasokan gas dari Pertamina ke agen tidak berbanding lurus dengan keberadaan gas di masyarakat. Fakta di lapangan banyak masyarakat, terutama masyarakat miskin yang sulit mendapatkan gas elpiji bersubsidi tersebut.
Kelangkaan Gas di kabupaten Bengkayang dirasakan sebagaian dasar masyarakat, terutama mereka yang hidup di daerah perkampungan.
Gas dirasakan langka oleh warga Bengkayang mulai awal puasa. Kalaupun ada harga gas dijual belikan jauh dari harga normal. Gas yang diperoleh mencapai Rp. 30ribu bahkan lebih.
Warga Kecamatan Teriak, Sajin mengaku harus memperoleh gas berhari-hari, harus antrian dan itupun diperoleh dengan harga yang cukup tinggi.
“Kelangkaan Gas ini muncul ditingkat Pangkalan dan pengecer. Dan di pangkalan selalu kehabisan gas,” ujarnya, Minggu (12/5).
Dengan kelangkaan gas melon tersebut, Sajin meminta kepada pemerintah mulai dari kecamatan sampai kabupaten untuk melakukan sidak lapangan. “Sebagai masyarakat kita minta agar pemerintah melakukan pemeriksaan mulai dari tingkat agen hingga ke pangkalan,” ujarnya.
Tidak hanya itu kata Sajin, kelangkaan Gas dirasakan juga ditingkat agen. Berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Administrator Agen Gas PT. Mita Bengkayang, Aleksander mengaku pasokan gas dari Pertamina ke agen lancar. Dalam satu harinya agen mendapatkan pasokan empat sampai lima Deo atau sebanyak 2.800 tabung gas berisi dari Pertamina. Kemudian oleh agen, gas tersebut langsung disalurkan kesejumlah pangkalan diseluruh wilayah kabupaten Bengkayang.
Agen Pertamina PT. Mita Bengkayang, Kecamatan Bengkayang , Kabupaten Bengkayang, juga mendapatkan empat truk tambahan pasukan elpiji dari Pertamina untuk mencukupi kebutuhan masyarakat selama bulan puasa ramadhan tahun 2019.
Elpiji tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di empat belas kecamatan di kabupaten Bengkayang. Agen Elpiji kecamatan Bengkayang memastikan pasokan tersebut khususnya untuk gas berukuran tiga kilogram aman selama Ramadhan.
Menurut Administrator Agen Elpiji PT. Mita Bengkayang, Aleksander (7/5) mengatakan adanya penambahan elpiji tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kabupaten Bengkayang yang disuplai melalui 34 pangkalan tersebar di 14 kecamatan yang ada di Bengkayang.
Selain itu katanya, untuk harga elpiji tidak mengalami kenaikan harga. “Elpiji tiga kilogram tetap normal, untuk ketingkat pangkalan dijual dengan harga Rp.17ribu sampai Rp.18ribu rupiah per tabung,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, dari 17 kecamatan yang ada di kabupaten Bengkayang pasokan elpiji tidak suplai di wilayah kecamatan Siding, Lembah Bawang dan Suti Semarang.
Anggota DPRD kabupaten Bengkayang, Eddy, permasalahan kelangkaan gas elpiji bersubsidi di wilayah Kabupaten Bengkayang, tidak boleh dikesampingkan karena merupakan kebutuhan pokok. Apalagi saat ini merupakan persiapan menyambut Hari Raya, Ramadhan dan IdulFitri.
“Penjualan Elpiji bersubsidi sesuai aturan, semestinya dilakukan oleh Pangkalan pengecer resmi, namun dengan kasat mata kita melihat banyak pedagang diluar pangkalan resmi yang menjual gas elpiji dengan standard harga yang tinggi dan masih banyak warga yang mampu juga menggunakan gas elpiji bersubsidi,” kata Eddy.
Dengan demikian hal ini sudah tidak sesuai dengan tujuan Pemerintah dalam kebijakan untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu. “saya meminta kepada Pemerintah Daerah, melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian, serta pihak Kepolisian untuk segera mengusut kelangkaan gas elpiji. Apabila perlu segera melakukan operasi pasar, sehingga dapat diketahui mengapa kelangkaan gas elpiji terjadi di Kabupaten Bengkayang,” ujarnya.
Eddi berharap, Pemerintah Daerah wajib menjaga ketersediaan sekaligus stabilitas harga gas elpiji bersubsidi. Kepada Pertamina yang telah ditugaskan Pemerintah sebagai pemasok elpiji bersubsidi harus melakukan pengawasan dan memberikan sanksi, apabila ada Agen atau Pangakan resmi yang nakal, karena menjual elpiji 3 kg bersubsidi melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah atau melakukan penjualan ke pengecer dalam jumlah besar. (Titi)
Saya sih gak yakin gasnya bakal ada dengan harga wajar. Sampai hari ini aja di sanggau ledo stok kosong. Udah nyari ke sana kemari hasilnya nihil. Harga bahkan sampai 35 rb. Masuk akal gak sih ? Pemerintahnya kemana ? Lama betul nyari solusinya. Padahal udah belajar gimana yang katanya “GOOD GOVERNANCE” tapi kok down skill ya. Faktanya apapun yg dipermasalahkan selalu lamban action-nya. Perlu diklat lagi kali pemimpin2 di sini tentang “good governance”.