KALIMANTAN TODAY, SANGGAU. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sanggau belum mendapatkan informasi terkait kasus cacar monyet di Sanggau. Demikian diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dineks Kabupaten Sanggau, Sarimin Sitepu.
“Yang diumumkan Kemenkes baru satu orang di Jakarta,” kata Sarimin, Senin (23/08/2022).
Ia mengimbau masyarakat tetap waspada dan selalu berhati-hati. Masyarakat juga tidak perlu panik. Sarimin menjelaskan, pada manusia, gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan. Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.
“Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati). Sedangkan cacar air tidak. Masa inkubasi cacar monyet biasanya berkisar dari 6-13 hari, tetapi dapat pula 5-21 hari,” terang Sarimin.
Ia berpesan jika mendapati gejala dan tanda seperti itu, diharapkan segera melapor ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) untuk ditangani.
Cacar monyet, kata Sarimin, merupakan penyakit zoonosis langka yang disebabkan infeksi virus monkeypox. Cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1958. Ketika itu ditemukan wabah penyakit mirip cacar yang menyerang koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian.
“Hal tersebut yang menyebabkan penyakit ini disebut sebagai cacar monyet atau monkeypox. Kasus cacar monyet pertama yang menginfeksi manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak saat itu, kasus cacar monyet dilaporkan telah menginfeksi orang-orang di beberapa negara Afrika Tengah dan Barat,” ungkapnya.
Virus cacar monyet dapat menular ketika seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan yang terinfeksi. Cacar monyet ditularkan pula dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh penderita.
“Penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan ketika melakukan kontak dengan penderita secara berkepanjangan,” bebernya.
Beberapa tindakan yang bisa dilakukan yakni hindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus (Termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah di mana cacar monyet terjadi).
Hindari kontak dengan bahan apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit. Pisahkan pasien yang terinfeksi dari orang lain yang mungkin berisiko terinfeksi.
“Cuci tangan yang baik dan benar setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi. Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien yang terinfeksi dan memasak daging dengan benar dan matang,” tutupnya. (Ram)