KALIMANTAN TODAY, SANGGAU. Anggota Komisi X DPR-RI, Adrianus Asia Sidot menegaskan, kemajuan pariwisata ditunjang oleh berbagai fungsi. Tidak bisa berdiri sendiri.
Demikian diungkapkannya usai membuka bimbingan teknis (Bimtek) Strategi Komunikasi Pariwisata dan Ekonomi Keratif melalui Penguatan Konten Fotografi, Minggu (07/08/2022) di Hotel Grand Narita Sanggau.
Tak kurang dari 80-an peserta dari kalangan fotografer, tokoh pemuda, serta masyarakat umum, mengikuti acara tersebut.
Adrianus menyebut Bimtek ini sebagai upaya untuk mengekspos potensi-potensi pariwisat lewat fotografi. Pasalnya, saat ini, masyarakat sudah sangat akrab dengan konten-konten seperti tik-tok, youtube, maupun foto yang dapat disebar dalam waktu singkat.
“Karena itu fotografi ini menjadi satu faktor pendukung utama bagi pemasaran pariwisata. Karena salah satu faktor, yang mungkin bisa menentukan berhasil tidaknya pemasarang pariwisata daerah, melalui penguatan konten fotografi,” kata Adrianus.
Melalui Bimtek tersebut Legislator Partai Golkar tersebut berharap, para peserta dapat memiliki kemampuan dan keterampilan bagimanan memotret objek yang bagus.
“Dari segi pencahayaan, angelnya, pencahayaan, kemudian foto itu bisa bercerita apa. Tidak hanya sekedar ambil foto. Jadi kita harus ambil foto itu yang menarik,” kata dia.
Satu sisi, ia juga mengakui fotografi hanyalah salah satu penunjang bagi kemajuan pariwisata. Pariwisata tidak berdiri sendiri. Harus ditunjang oleh fungsi lain. Ia menyontohkan objek wisata sumber air panas Sipatn Lotup di Kecamatan Jangkang. Akses menuju ke sana masih belum maksimal.
“Tinggal tergantung bagaimana komitmen pemerintah daerah. Ini objek wisata ini kan bisa diekspos siapa saja. Betul memang, kalau tidak ada jalan bagaimana mau ke sana, seindah apapun. Tapi paling tidak, munculnya potensi ini bisa menarik perhatian dan menarik komitmen pemerintah daerah. Oh, ternyata banyak di Medsos banyak yang ingin ke sana, tapi infrastrukturnya jelek, akhirnya pemerintah membangun infrastuktur yang bagus di sana,” beber Adrinus.
Hal serupa juga berlaku bagi ekonoi kreatif, seperti perajin anyam-anyaman, kuliner maupun fashion.
“Diekspos oleh seorang yang memfoto itu, tertnya banyak tanggapan masyarakat. Tinggal pemerintah daerah bagaimana mengemas ini dengan baik. Misalnya sudah dikasih bantuan supaya bisa lebih produktif lagi,” pungkasnya. (Ram)