Senin , 25 November 2024
Home / CULTURE / Jadi Narasumber di Seminar Naik Dango, Ini yang disampaikan Cornelis

Jadi Narasumber di Seminar Naik Dango, Ini yang disampaikan Cornelis

FOTO–Anggota Komisi II DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Drs. Cornelis,. M.H. (ist)

 

KALIMANTAN TODAY, NGABANG – Anggota Komisi II DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Drs. Cornelis,. M.H Menjadi Narasumber Naik Dango Ke XIII dan Misa Perdana Imam Baru, Paroki Santo Petrus dan Paulus Menjalin, yang di buka langsung oleh Bupati Landak dr. Karolin Margret Natasa,. M.H di Kompleks Paroki St.Petrus dan Paulus Menjalin, Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat. Kamis, (05/05/2022)

Turut hadir Prof.DR.RP Wiliam Chang,OFM.Cap Sebagai Narasumber kedua, Pastor paroki St.Petrus dan Paulus menjalin RP.Hebertus Hermes Abet, forkopimcam menjalin, ketua DAD kec.menjalin, para timanggong binua se-kecamatan menjalin, pasirah/pangaraga, tuha tahutn,se-kec menjalin, ketua lingkungan/wilayah, ketua umat, ketua organisasi kategorial (WKRI,BAPAKAT,dan OMK) di wilayah paroki menjalin dan para undangan khusus.

Dalam kesempatan tersebut Cornelis menyatakan agama katolik itu tidak bertentangan dengan adat. Dirinya juga menegaskan bahwa didalam adat dayak juga terdapat perintah untuk menghormati orang tua, sama seperti salah satu 10 perintah allah yang berbunyi hormatilah orang tua mu.

“Banyak orang mengatakan bahwa gereja dengan adat itu bertentangan, tetapi kenyataanya tidak ada. Mengenai hukum adat, hukum adat itu adalah norma-norma yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan apa bila dilanggar itulah dia akan menjadi hukum adat, kita dilarang untuk membunuh demikian juga gerja dilarang untuk membunuh, didalam hukum negara juga di larang yang berbunyi barang siapa yang menghilagkan nyawa orang lain, baik sengaja mau pun tidak di sengaja dapat di penjara atau di hukum,” tukas Cornelis.

Ia menyampikan pengurus adat atau timanggong harus berperan aktif dalam rangka membangun masyarakt adat dayak, untuk membantu pemerintah, supaya kita ini nanti tidak menyalahkan orang lain, jadi kita sama-sama berjuang, seperti yang telah kita lakukan bersama Pemerintah saat ini yaitu memutus mata rantai COVID -19 dan pencegahan Stunting.

“Saat ini kita sudah dimudahkan dengan ada internet, hampir semua orang telah memikiki HP androit, tinggal dari diri kita sendiri lagi mau belajar atau tidak dengan internet kita dapat mengetahui hal-hal yang tidak kita ketahui, termasuklah bagai mana kita belajar tentang agama,” ucapnya.

Anggota Komisi II DPR RI mengatakan dengan tema seminar yang kita angkat hari ini yaitu 100% Katolik, 100% beradat dan 100% Indonesia, yang artinya keseimbangan antara agama, adat istiadat dan negara itu ada dan yang paling terpenting tidak saling bertentangan.

“Tapi sekarang ini masih ada umat Katolik yang tidak mau belajar, kita didebat oleh orang lain tidak bisa bicara kenapa kita mengimani katolik, maka dari itu saya minta kepada gereja katolik untuk mengadakan pembaharuan iman, kita diskusi mengapa kita sangat percaya kepada Yesus dan kenapa itu Tuhan bisa tiga, Tri Tunggal kudus, kenapa harus ada pengakuan dosa, kenapa harus ada tujuh sakramen dalam gereja katolik, hal-hal itu perlu kita dalami kembali,” ujar Cornelis.

Kembali kepada masalah adat dan agama Cornelis menyampikan sebenarnya tidak ada pertentangan, dan gereja katolik itu tidak bertentangan dengan budaya-budaya, tidak bertentangan dengan adat istiadat, cuma tingal dikemas, dan selain dikemas kita juga harus bisa memilah-milah, seperti yang baik kita pertahankan dan yang tidak baik kita buang.

“Salah satu contoh seperti bakayo yang terjadi di jaman dahulu sudah kita tiadakan, karena sudah bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, bertentangan dengan pirman Tuhan, maka diadakan perjanjian tumbanganoi bahwa kita tidak boleh Bakayo lagi, karena itu sesama manusia, harus mencintai manusia sama seperti diri kita mencintai diri sendiri,” tegas Cornelis.

Cornelis menyampikan bahwa Agama itu merubah pemikiran-pemikiran Negatif menjadi Pemikiran-pemikiran yang Positif. Naik dango tidak bertentangan dengan hukum gereja, Naik dango adalah ucapan syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang berlimpah.

“Dan yang paling penting jangan kita menjadi manusia yang tidak mau berbuat apa-apa, kita harus bisa menmanfaatkan tanah atau lahan kita untuk kepentingan kita sendiri, minimal memenuhi kebutuha pangan kita sendiri, jangan berpangku tangan, kalau kita mau berhasil jika orang bekerja 8 jam dalam sehari, kita harus bisa lebih dari itu melakukan pekerjaan dan bekerjanya harus bekerja yang cerdas,” tutup Cornelis. (*)

Tentang Kalimantan Today

Cek Juga

Bawaslu Sanggau Minta Tim Paslon Cabup Bersihkan APK Secara Mandiri

  KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Menjelang masa tenang, Bawaslu Sanggau meminta Tim Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *