KALIMANTAN TODAY, SANGGAU. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sanggau telah menyiapkan tiga skenario jika pembelajaran tatap muka terbatas dilaksanakan. Tentu dengan tetap menerapkan protkol kesehatan.
“Ada rencana kita mau melakukan pembelajaran tatap muka terbatas, kalau nanti kita diizinkan oleh Penanggungjawab Satgas Covid-19 Kabupaten Sanggau. Ada beberapa skenario yang sudah kita rancang, sehingga nanti bisa kita lakukan pembelajaran tatap muka terbatas ini,” kata Kepala Disdikbud Kabupaten Sanggau, Sudarsono, Selasa (6/7/2021).
Pertama. Apabila jumlah sisswa per rombongan belajar kurang dari 18 orang, akan diberlakukan proses pembelajaran setiap hari. Artinya enam hari dalam seminggu.
“Dengan waktu yang berbeda-beda, antar kelas. Jadi antara kelas itu tidak akan bertemu. Kelas I misalnya jam 07-10, kelas II jam 07.15-10.15. Ini sudah kita atur untuk SD maupun SMP. Dan maksimal beljar-mengajar selama dua jam. Tentu dengan catatan tadi, bahwa kita mendapat rekomendasi dari Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten,” terang Sudarsono.
Skenario kedua adalah pembelajaran dengan jumlah 50 persen dari siswa yang seharusnya. “Itu kita berlakukan sama. Cuma di sini, harinya hanya tiga hari per minggu. Dengan jam belajar dua jam per hari,” terangnya.
Sedangkan skenario ketiga adalah siswa yang mengkuti pembelajaran tatap muka berjumlah maksimal 33 persen dari jumlah siswa. Hanya saja dilakukan dua hari dalam seminggu, dengan durasi dua jam per harinya. “Hanya dibedakan waktunya. Seperti shift gitulah. Kita akan atur waktunya,” imbuh Darsono, sapaan akrabnya.
Lagi-lagi ia menegaskan, skenario itu bisa diterapkan dengan syarat kondisi Kabupaten Sanggau aman. Dalam artian masuk zona hijau atau zona kuning. “Kita masih menunggu kondisi ini. Yang jelas skenario sudah kami siapkan,” akunya.
Darsono mengaku sudah mengajukan 32 SD dan 46 SLTP kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, sebagai uji coba jika pembelajaran tatap muka terbatas diizinkan.
“Karena kita tahu beberapa sekolah yagn kita pilih ini, siswanya tidak terlalu banyak. Kami juga ajukan ke Dinkes supaya guru-guru kita dari 78 sekolah itu dapat diprioritaskan untuk divaksin. Karena setelah kami data, memang belum semua guru-guru tersebut divaksin. Kami sudah sampaikan surat ke Dinas Kesehatan,” ungkapnya.
Jika pembelajaran tatap muka terbatas itu diberlakukan, apakah semua kelas atau hanya prioritas? Darsono mengatakan itu tergantung kondisi lapangan.
“Kita cek lagi apakah semuanya atau skala prioritas, misalnya di kelas I sampai kelas III dulu, akan kita lihat di lapangan untuk bisa memastikan apakah bisa semua atau hanya prioritas,” pungkasnya.
Kalaupun pembelajaran tatap muka terbatasn tak juga bisa dilakukan, opsi terakhir adalah kembali pada belajaran di rumah dan belajar jarak jauh. (ram)