KALIMANTAN TODAY, PONTIANAK – Terungkapnya 16 pekerja bangunan Mall Transmart Kabupaten Kubu Raya positif Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), membuat Provinsi Kalbar -yang sudah Zona Hijau- terhenyak.
Siapa juga yang inginnya terinfeksi Covid-19
“Tetapi jangan kita lantas memarahi mereka yang positif Covid-19 itu,” kata Tony Kurniadi, Wakil Ketua Komisi V DPRD Provinsi Kalbar, ditemui di ruang kerjanya, Rabu (29/07/2020).
Seperti diketahui, 16 pekerja bangunan Mall Transmart Kubu Raya yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu masuk ke Kalbar menggunakan kapal sejak 28 Juni 2020.
Memarahi mereka sebagai biang masuknya Covid-19 ke Kalbar hanya akan men-down-kan psikologisnya. “Siapa juga yang inginnya terinfeksi Covid-19,” ucap Tony.
Justru, lanjut Legislator PAN ini, atas kluster Transmart ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalbar harus instrospeksi. “Selama ini, sudah ketat atau belum kita menjaga Terminal, Pelabuhan, Perbatasan Negara dan lainnya,” tutur Tony.
Jangan-jangan, ucap Tony, selama ini Pemprov Kalbar lengah atau bahkan abai. “Jangan-jangan kita sangat santai sampai orang yang terinfeksi Covid-19 masuk Kalbar. Makanya kita harus introspeksi,” tegasnya.
Selain instrospeksi, Tony juga mengharapkan, Pemprov Kalbar mengambil pembelajaran dari kasus Covid-19 di kawasan Transmart Kubu Raya tersebut.
“Ini sebagai peringatan, bahwa walaupun Zona Hijau, tidak ada kasus, kita tetap harus meningkatkan kehati-hatian, karena kasus Covid-19 ini seperti fenomena gunung es (hanya sedikit yang muncul ke permukaan-red),” papar Tony.
Kasus ini, lanjut dia, juga sebagai peringatan bagi Pemprov Kalbar untuk tidak memaksakan anak didik belajar secara tatap muka. “Kaji lebih intensif lagi rencana belajar tatap muka (masuk sekolah-red) itu,” tegas Tony.
Lagi pula, kata Tony, tidak ada urgensinya membiarkan anak didik belajar tatap muka di masa pandemi Covid-19 tersebut. “Tujuan apa atau apa yang mau kita buktikan sampai harus memaksakan sekolah dibuka kembali di tengah fakta bahwa pandemi ini masih berlangsung,” ucapnya.
Negara maju saja, lanjut dia, yang sudah memiliki infrastruktur pendidikan dan kesehatan lebih baik, seperti Inggris, sudah merasakan dampaknya ketika membuka kran belajar tatap muka saat Covid-19. “Terjadi ledakan kasus, sehingga harus ditutup kembali,” ujar Tony.
Pemprov Kalbar, kata Tony, harus mengambil pelajaran dari kasus-kasus tersebut. “Waktu awal-awal pandemi Covid-19, baru satu atau dua kasus saja kita sudah sangat gembar, sekolah ditutup, apa-apa ditutup. Sekarang sudah belasan, malah mau dibuka,” sesalnya.
Jangan sampai, tambah dia, dengan kebijakan membuka sekolah kembali, Kalbar malah seperti daerah lainnya di Indonesia yang semula Zona Hijau, bukan lagi berubah jadi Zona Merah, tetapi lebih parah, menjadi Zona Hitam.
“Hendaknya kita meningkatkan kehati-hatian dengan ikhtiar yang lebih ekstra, di samping selalu berdoa kepada Allah Swt supaya kita terhindar dari Covid-19,” ingat Tony.(dik)