Kalimantan Today Tajam | Terpecaya
KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sanggau terus bertambah. Bahkan, Sanggau sudah distratifikasi sebagai daerah endemis DBD.
Demikian diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Sanggau, Marlina. Ia mengungkapkan ada tiga kecamatan berstatus endemis, yaitu: Kapuas, Mukok dan Parindu.
“Sebanyak 12 kecamatan lainnya masih dengan status sporadis. Dinas Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) terus melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit DBD,” ujar Marlina, belum lama ini.
Ia menyebut, untuk pencegahan dan pengendalian DBD Dinkes Kabupaten Sanggau melakukan deteksi dini penggunaan Ns1. Jika ada gejala mengarah DBD, langsung dilakukan penyelidikan epidemiologi.
“Jika ada laporan kasus dan penyemprotan jika diperoleh hasil PE positif melalui Fasyankes. Untuk pemberantasan sarang nyamuk atau PSN juga dilakukan oleh 19 Puskesmas di wilayah masing-masing,” tambahnya.
Marlina mengungkapkan, kasus terkonfirmasi DBD paling banyak terjadi di Kecamatan Kapuas dengan 43 kasus. Lalu, di Kecamatan Mukok 33 kasus, Kecamatan Tayan Hulu 24 kasus, Kembayan 21 kasus, Kecamatan Jangkang 14 kasus, Kecamatan Beduai 11 dan kurang dari sepuluh kasus terjadi di Kecamatan Parindu, Sekayam, Entikong, Meliau, Balai, Noyan, Toba, Bonti dan Tayan Hilir.
Hingga 25 Mei 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sanggau mencatat ada 179 kasus DBD. Tiga kasus di antaranya meninggal dunia. Semua korban meninggal adalah anak-anak. Terjadi di Kecamatan Kapuas, Beduai dan Tayan Hulu.
Melihat data sebaran kasus DBD Dinkes Kabupaten Sanggau, anak-anak umur 5-14 tahun menjadi yang paling banyak terjangkit DBD dengan 106 kasus. (Ram)
