KALIMANTAN TODAY, SANGGAU. Angka stunting (gangguan pertumbuhan) ada anak di Kabupaten Sanggau masih cukup tinggi. Tahun 2022, Pemda Sanggau menargetkan angka stunting turun hingga di angka 18 persen.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Najori mengatakan berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kemenkes, angka stunting di Kabupaten Sanggau pada tahun 2021 mencapai 26 persen.
“Survei itu dilakukan setiap tahun di lakukan di setiap provinsi dan kabupaten se-Indonesia. Dari 163 desa dan 6 kelurahan, hanya sekitar 33 desa yang diambil (sebagai sampel). Hasil studi Kemenkes itu dalam rangka perencanaan pembangunan kesehatan. Hasil itu memang rill mereka lakukan di lapangan. Tapi tidak mewakili desa se-Kabupaten Sanggau. sementara hasil itu tidak bisa kita ambil kesimpulan, karena by name by addres itu tidak bisa kita dapatkan dari survei itu,” ungkap Najori, Selasa (05/04/2022) ketika ditemui di ruang kerjanya.
Selain survei terebut, Dinkes Sanggau juga melakukan pendataan melalui Elektornik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Masyarakat (EPPGM). Hasilnya data stunting di Kabupaten Sanggau untuk tahun 2021 di angka 21,03 persen dari 19651 balita di Sanggau.
“Artinya data yang teman-teman kita diambil di lapangan yang dilakukan pendataan di Posyandu atau di masyarakat. Data itu adalah data yang riil dilakukan di lapangan. Yang jadi permasalahan adalah, karena data itu memang belum sampai 100 persen data di lapangan. Karena dari 19651 balita di Sanggau, kita baru 52 persen (dienteri). Itulah yang menjadi permasalahan. Makanya data itu tak bisa dijadikan patokan untuk data stunting,” ujarnya.
Meski demikian, kata Najori, data dari EPPGM itu tetap dilaporkan ke pemerintah pusat. Diakuinya pada tahun 2020 jumlah stunting di Sanggau mencapai 28 persen. Cukup tinggi.
“EPPGM dilakukan rutin setiap bulan. Setiap hari datanya meningkat terus. EPPGM adalah data bagaimana bisa mengintervensi hasil data teman-teman di lapangan,” kata dia.
Najori mengungkapkan penurunan angka stunting masih belum mencapai target. Pada tahun 2020 targetnya di angka 24 persen. Untuk tahun 2021, target di angka 22 persen. Sedangkan 2022, targetnya 18 persen.
“Sampai nanti di 2024 targetnya 14 persen. Upayanya, salah satunya kita kembali ke kerangka stunting. Kalau kita di dunia kesehatan. Kita lebih fokus pada ibu hamil dan 1000 hari kehidupan. Pemeriksaan ibu hamil harus rajin. Bagaimana jangan sampai gizi kurang pada ibu hamil, setelah itu nanti setelah bayi lahir anaknya tidak pendek. Setiap bulannya diukur, harus datang ke Posyandu sampai umur lima tahun,” pungkasnya. (Ram)