KALIMANTAN TODAY, PONTIANAK – Penggunaan megafon atau lebih dikenal dengan TOA hingga saat ini masih menjadi salah satu primadona di Indonesia. Pengeras suara berbentuk corong ini masih banyak digunakan di berbagai tempat, mulai dari fasilitas umum, perkantoran, tempat ibadah, dan berbagai kegiatan.
Megafon atau TOA merupakan pengeras suara berbentuk corong tujuannya untuk meningkatkan efisiensi elemen-elemen pengirim suara yang digerakkan oleh sebuah electromagnet.
Berbicara tentang TOA, ternyata memiliki sejarah menarik karena sang penemunya adalah seorang Rohaniawan yang bernama Athanasius Kircher SJ. Ia adalah seorang pastor Katolik dari Ordo Yesuit (Soceity of Jesus) yang disingkat SJ.
Athanasius Kircher lahir di kota Geisa, Jerman pada tanggal 2 Mei 1602. Selain menjadi pastor Ia juga seorang ilmuwan dan sepanjang hidupnya telah mempublikasikan sekitar 40 tulisan yang kebanyakan dalam bidang orientalisme, geologi, dan kedokteran. Selain itu Athanasius Kircher juga seorang penerjemah hieroglif yang terkenal di jamannya.
Tujuan Athanasius Kircher menciptakan megafon atau TOA untuk menghasilkan suara yang lebih jelas sehingga saat ia memberikan khotbah dapat didengar jelas oleh banyak orang. Athanasius Kircher meninggal pada 17 November 1680 di kota Roma, Vatikan.
Dalam perkembangannya megafon diproduksi oleh TOA Corporation yang didirikan di kota Kobe, Jepang. Perusahaan ini berhasil memproduksi megafon listrik pertama di dunia dengan mengembangkan teknik mengubah gelombang suara menjadi tegangan listrik yang diubah lagi menjadi gelombang suara dan diperkuat melalui speaker.
Pada tahun 1970, TOA Corporation mulai melebarkan sayapnya ke mancanegara seperti Jerman, Amerika Serikat, Inggris, Afrika Selatan, Taiwan, Kanada, hingga Indonesia. (LC)