Sorgum sangat cocok untuk dikembangkan di Kalbar guna memaksimalkan potensi lahan yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian yang produktif
KALIMANTAN TODAY, SANGGAU – Koperasi Konsumen Batas Negeri Indonesia, Kalimantan Barat, melakukan panen perdana sorgum yang dikembangkan sejak Juli 2021 di atas lahan percontohan (Demplot) dengan luasan 25 m x 25 m yang berlokasi di Perbatasan Entikong, Kabupaten Sanggau Provinsi Kalbar, berbatasan langsung dengan Negara Malaysia.
“Hasil panen pertama untuk lahan Demplot dengan luasan 25 m x 25 m sekitar 500 kilogram setelah tiga bulan penanaman,” ujar inisiator uji coba sorgum yang juga Ketua Koperasi Konsumen Batas Negeri Indonesia, Wahyu Widayati kepada KalimantanToday, Selasa (26/10)siang.
Ayu menambahkan sorgum bisa dipanen 3-4 kali dalam waktu sekitar 7 bulan sampai setahun tergantung varietas. Hasil panen meningkat pada panen kedua dan ketiga lantaran banyak tumbuh tunas-tunas baru dari tangkai malai.
“Di lahan uji coba kita perkirakan dari panen pertama hingga panen ketiga menghasilkan gabah kering giling/sosoh sekitar 2,5 ton hanya dalam waktu enam sampai tujuh bulan,” katanya.
Hal menarik diungkapnya, saat melakukan panen, para petani yang umumnya perempuan menghisap batang sorgum sebagai pelepas dahaga. “Mereka kaget karena begitu batangnya (sorgum) dihisap terasa manis,” ujarnya.
Bagi Ayu, sorgum terkenal bandel yang dapat tumbuh di dataran rendah dan lahan kering. Selain itu, sorgum juga termasuk tanaman zero waste. Dari batang sampai bijinya tidak ada yang terbuang dan biaya produksinya sangat rendah.
“Sorgum sangat cocok untuk dikembangkan di Kalbar guna memaksimalkan potensi lahan yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian yang produktif. Budidaya sorgum diharapkan bisa jadi mata pencaharian baru bagi para petani karena biaya produksinya sangat rendah,” ujarnya.
“Bahkan dari satu batang sorgum itu bisa menghasilkan beragam produk mulai dari akar bisa diolah menjadi jamu memperlancar peredaran darah. Batangnya bisa menjadi gula dan sirop. Bijinya bisa dikonsumsi pengganti nasi dan cocok bagi penderita diabetes atau diolah menjadi tepung dan daunnya bisa dijadikan pakan ternak. Bahkan sorgum bisa diolah menjadi bioetanol,” urainya menyoal sorgom tanaman zero waste.
Ayu mengatakan, Koperasi Konsumen Batas Negeri Indonesia dibentuk dari Kelompok Usaha Bersama yang beranggotakan UMKM di daerah perbatasan wilayah Kalbar tepatnya di Entikong.
“Sampai saat ini produk-produk yang telah kita hasilkan dan sudah dikenal dipasaran yakni kopi lada hitam, kopi jahe merah fan Bajakah,” ucapnya
“Kemudian kita mencoba untuk mengembangkan sorgum dan kita butuh kerjasama dengan semua pihak, terutama dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura agar ini bisa dikembangkan lebih luas lagi termasuk pemasarannya,” pungkasnya. (Sam)