KALIMANTAN TODAY, SANGGAU. Sama seperti tahun 2020, Festival Paradje’ Pasaka Negeri XIII tahun 2021 juga digelar sederhana, Senin (20/09/2021) di Keraton Surya Negara Sanggau.
Acara tahunan tersebut dihadiri Bupati Sanggau, Paolus Hadi, Wakil Bupati Sanggau, Yohanes Ontot, Kajari Sanggau, Tengku Fidaus, Kapolres Sanggau, Ade Kuncoro Ridwan, para Ketua Ormas keagamanan, Ketua Ormas kepemudaan, serta ketua paguyuban se-Kabupaten Sanggau.
Dalam sambutannya, Raja Sanggau, Gusti Arman menjelasakan, festival Paradje’ Pasaka Negeri XIII kali ini sengaja digelar sederhana lantaran situasi pandemi Covid-19.
“Karena situasi dan kondisi pada saat ini sekarang ini, kita sama-sama menghadapi musibah Covid-19, dengan keterbatasan kita juga menyelenggarakan dengan sesederhana mungkin,” kata Gusti Arman.
Dikatakannya, tak seperti sebelum pandemi yang digelar dengan meriah, festival kali ini hanya berisi pelaksanaan ritual adat.
“Festival Paradje’ ke XIII kita hanya melaksanakan ritula paradje’nya saja. Kita telah melaksanakan adat-istiadat atau peninggalan-peninggalan dari leluhur kita yang arif dan bijaksana. Bahwa ritual paradje’ telah kita lakukan malam tadi, kita melaksanakan buang-bebuang, serta membaca tolak bala, tolak ajong,” ujar pria bergelar Pangeran Ratu Surya Negara ini.
Pada kesempatan itu, Pak Teh, sapaan Gusti Arman, menjelaskan makna ritual Paradje’. Paradje’ merupakan ritual ‘pembersih’ negeri dari segala marabahaya dan hal-hal buruk.
“Paradje’ ini erat kaitannya dengan yang kita hadapi sekarang. Bahwa kita Bangsa Indonesia, kita tengah berperang dengan Corona, yang tak nampak batang hidungnya. Dengan melaksanakan Paradje’ salah satu upaya untuk membersihkan negeri. Membuang atau menangkal hal-hal buruk, atau musibah. Salah satunya Corona ini. Tapi kita harus bisa mengatasinya. Secara ilmiah lewat medis. Kalau lewat adat budaya, inilah salah satunya melalui Paradje’ supaya kita terhindar dari musibah,” bebernya.
Pada kesempatan itu pula, Raja Sanggau menyampaikan terimakasih pada Pemda Sanggau yang telah mendukung acara tersebut.
“Kita sekarang tak terlalu ‘wah’ membuat festival Paradje’. Walaupun sederhana tapi khidmat dan ritualnya tetap dilaksanakan. Memang ada prinsipnya sebagai warga dari suku apapun, kita harus tetap melestarikan adat budaya. Tanpa adat dan budaya, mungkin kita tidak beradab,” pungkasnya. (Ram)