KALIMANTAN TODAY, PONTIANAK – Penutupan pintu perbatasan (border) Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalbar (Indonesia)-Serawak (Malaysia) sebagai antisipasi penyebaran pandemi global Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), menyebabkan terhentinya aktivitas perekonomian di ujung negeri.
“Makanya Konsulat Jenderal Indonesia untuk Serawak sekarang menegoisasikan pembukaan kembali arus barang di perbatasan negara,” ungkap Cok Hendri Ramapon, Anggota Komisi II DPRD Provinsi Kalbar, kepada wartawan, Rabu (16/09/2020).
Menurut Legislator Kalbar Daerah Pemilihan (Dapil) Sanggau ini, pembukaan arus barang antarnegara merupakan solusi untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat di perbatasan kedua negara.
“Walaupun arus orang tidak dibuka, diharapkan barang bisa keluar masuk untuk memenuhi kebutuhan warga di perbatasan kedua negara, terutama warga kita di perbatasan, seperti di Entikong,” ujar Cok Hendri.
Seperti diketahui, ungkap Cok Hendri, selama ini masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia, terutama warga di Entikong mengandalkan pasokan dari negeri jiran untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
Namun karena Malaysia menerapkan lockdown total di masa pandemi Covid-19 ini, lanjut dia, masyarakat perbatasan kesulitan mendapatkan produk jiran. “Susu Milo saja sekarang sudah langka di perbatasan,” ucap Cok Hendri.
Selain kesulitan memenuhi kebutuhan pokok sehari-hati, kata Cok Hendri, penghasilan atau omzet masyarakat perbatasan, terutama di sektor perdagangan menurun drastis. “Yang berjualan kehilangan pembeli,” ujarnya.
Pasar Rakyat atau pasar tradisional di Entikong yang rencananya ditempati para pedagang, ternyata sampai sekarang tidak kunjung dibuka pascaditutupnya border perbatasan antarnegara.
Permasalahan seperti itulah yang diadukan masyarakat perbatasan ke Cok Hendri. Sehingga mendorongnya untuk mengajak Komisi II DPRD Provinsi Kalbar terjun langsung ke Entikong pada Jumat lalu.(dik)