Jumat , 22 November 2024
Home / NEWS / Manfaatkan Lockdown Perbatasan Negara untuk Ini

Manfaatkan Lockdown Perbatasan Negara untuk Ini

Foto: Suib

 

KALIMANTAN TODAY, PONTIANAK – Lesunya aktivitas perekonomian di wilayah perbatasan negara Indonesia-Malaysia di Provinsi Kalbar; akibat lockdown menyusul meluasnya pandemi global Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), hendaknya menjadi kesempatan untuk berbenah.

“Menginventarisir potensi-potensi ekspor, membangun smelter atau fasilitas pengolahan barang setengah jadi di wilayah perbatasan negara dan menyiapkan regulasinya,” kata Suib, Wakil Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kalbar, ditemui di ruang kerjanya, Selasa (15/09/2020).

Legislator Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini berpendapat demikian setelah monitoring ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kabupaten Sanggau baru-baru ini.

“Saat ini Malaysia itu menerapkan lockdown total. Sehingga tidak ada yang boleh masuk ke negaranya melalui Entikong. Kecuali WNI (Warga Negara Indonesia) yang kelihatan di terminal untuk pulang ke Indonesia,” ungkap Suib.

Menurut Kepala PLBN Entikong, kutip Suib, biasanya Terminal Entikong itu penuh; rata-rata 500 sampai 600 orang yang keluar masuk per hari. “Sekarang paling banyak 100 orang, itupun orang yang pulang ke Indonesia,” ujarnya.

Bukan hanya orang, tambah dia, arus barang dari Malaysia ke Indonesia atau sebaliknya juga disetop. “Dampaknya, transaksi jual beli atau bisnis, baik pengusaha maupun UMKM di sana menjadi sepi,” kata Suib yang melihat langsung sepinya aktivitas tersebut.

Dengan situasi seperti ini, menurut Suib, menjadi kesempatan bersama untuk mengevaluasi sektor ekspor di wilayah perbatasan negara tersebut. “Sebagai bentuk kesiapan begitu Covid-19 ini berakhir yang otomatis ekspor impor akan berjalan lagi,” terangnya.

Memang berakhirnya pandemi Covid-19 ini tidak bisa diprediksi. Namun, kata Suib, paling tidak saat situasi yang tidak begitu sibuk ini, dimanfaatkan untuk mengevaluasi sektor ekspor di perbatasan. “Karena saya melihat potensi ekspor di Entikong itu sangat besar,” ucapnya.

Berdasarkan data yang diterimanya, nilai ekspor di Entikong itu sejak 2015 hingga 2019 cukup lumayan. Berikut rinciannya:

– 2015: sekitar U$D 41 Juta
– 2016: sekitar U$D 51 Juta
– 2017: sekitar U$D 30 Juta
– 2018: sekitar U$D 31 Juta
– 2019: sekitar U$D 39 Juta

“Pada Januari 2019 itu meningkat sekitar U$D 8 Juta, kemudian menurun sekitar 50 persen pada Mei 2020 menjadi sekitar U$D 4 Juta akibat pandemi Covid-19,” ungkap Suib.

Nilai ekspor tersebut, lanjut Suib, cukup lumayan kalau dirupiahkan. “Apalagi kalau kita bisa menginventarisir potensi-potensi di perbatasan lalu mengemasnya menjadi barang setengah jadi di smelter atau pabrik,” tururnya.

Keberadaan smelter di perbatasan ini, menurut Suib, sangat penting. Tanpanya, potensi perekonomian di perbatasan tidak bisa diekspor. “Karena peraturan perundang-undangan mengharuskan yang diekspor itu berupa barang setengah jadi,” jelasnya.

Lantaran selama ini tidak ada fasilitas pengelolaan barang setengah jadi di perbatasan, tambah dia, potensi yang bisa diekspor itu paling hanya lada, ikan segar dan lainnya. “Padahal potensi ekspor di perbatasan itu melimpah,” ucap Suib.

Sebagai contoh, lanjut Suib, karet yang saat ini dianggap lebih baik untuk campuran aspal. “Karet itu bukan hanya untuk membuat sandal. Tetapi sudah dijadikan bahan baku campuran aspal. Beberapa ahli menilai lebih bagus dari aspal selama ini,” tuturnya.

Ia lebih menekankan pada pembangunan smelter di wilayah perbatasan ketimbang daerah lainnya, supaya cost produksinya dapat ditekan. “Supaya cost-nya tidak terlalu besar,” pungkas Suib.(dik)

Tentang Kalimantan Today

Cek Juga

Desa ODF di Kabupaten Sanggau Bertambah Jadi 13, Tertinggi di Kembayan

  KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Berlahan tapi pasti, jumlah desa Open Defecation Free (ODF) atau yang sudah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *