KALIMANTAN TODAY, LANDAK– Sejak Indonesia dinyatakan Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) membuat semua hari penting dirayakan dengan sederhana. Bahkan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia juga mengalami hal serupa yang dirayakan secara sederhana. Saat ditemui usai Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan Ngabang, Bupati Landak Karolin Margret Natasa mengatakan semua kegiatan dalam memeriahkan 17 Agustus sengaja dilaksanakan secara sederhana bahkan ada yang ditiadakan.
“Semua kegiatan yang mengundang orang banyak kita tiadakan untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19, kita jaga rakyat meski ini tak biasa namun nyawa adalah paling penting dari semua. Bahkan tadi kita merayakan renungan suci pelaksanaanya secara sederhana dengan mengedepankan protokol kesehatan. Di Kantor Desa, Kantor Camat tidak ada upacara dan upacara peringatan 17 Agustus di Kantor Bupati juga secara sederhana,” jelas Bupati Landak, Senin (17/08/20).
Bupati Karolin juga meminta untuk seluruh warganya tetap menjaga diri meski untuk saat ini kasus COVID-19 di Kabupaten Landak tidak sebanyak diwilayah lainnya.
“Kasus corona ditempat kita untuk saat ini sudah sedikit dan tidak ada lonjakan yang signifikan. Oleh sebab itu, pasar malam yang menjadi rutinitas tahunan menjelang perayaan 17 Agustus kita larang. Karena 90 persen pengunjung kegiatan ini adalah warga kita dari kampung yang secara fisik sudah bagus dan sehat, makanya kita jaga semua,” ungkap Karolin.
Sementara itu salah satu warga, Icang mengatakan pihaknya mendukung Bupati Landak dalam larangan pasar malam di Pahauman.
“Memang untuk ini dapat dikatakan pertama dalam sejarah, perayaan 17 Agustus di Pahauman menjadi sepi. Tapi kami yakin ini adalah bentuk dari keseriusan Pemerintah Kabupaten Landak dalam mengantisipasi penyebaran Corona. Kita tidak ingin warga kita sini dan warga kita yang datang dari kampung-kampung terkena juga,” ujar pria paruh baya tersebut.
Hal senada juga disampaikan oleh Ratni yang sedikit kecewa lantaran tidak dapat memenuhi keinginanya yakni membeli pakaian yang biasanya dijual murah. Namun merasa bersyukur dengan adanya larangan ini karena takut terpapar penyakit.
“Sedikit kecewa sih, tapi setelah dipikir-pikir ada benarnya juga karena bisa saja pakaian yang mereka jual terpapar penyakit. Meski sejak jauh hari kami berharap akan ini, namun kami juga mendukung Ibu Bupati Karolin yang menjaga kita dengan bentuk larangan ini,” tutur Ratni yang ditemui bersama rekan-rekannya.