KALIMANTAN TODAY, PONTIANAK–Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional (Divre) Kota Singkawang yang wilayah kerjanya meliputi daerah lumbung padi seperti Kabupaten Sambas, malah menstok beras dari luar Kalbar.
“Alasannya, Bulog Subdivre Singkawang tidak bisa membeli beras petani dari Singkawang, Bengkayang dan Sambas (Singbebas),” ungkap Suriansyah, Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalbar, kepada wartawan, Kamis (08/06/2020).
Suriansyah mengetahui hal tersebut setelah sebagai Koordinator Komisi II DPRD Provinsi Kalbar on the spot ke Bulog Subdivre Singkawang. “Untuk meninjau kebutuhan dan ketersediaan beras masyarakat Kalbar, terutama di Singkawang, Bengkayang dan Sambas,” ujarnya.
Stok beras di Bulog Subdivre Singkawang memang mencukupi kebutuhan masyarakat di Singbebas. “Cuma permasalahannya, beras yang disediakan itu dari luar Kalbar,” tutur Suriansyah.
Legislator Kalbar Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Sambas ini mengatakan, Bulog menstok beras dari luar daerah, karena tidak mampu membeli beras petani Singbebas. “Karena harga yang dipatok pemerintah, lebih rendah dari harga pasar di Singbebas,” jelas Suriansyah.
Bukan hanya di Singbebas, rendahnya patokan harga beli pemerintah ini berlaku sama untuk zona Kalimantan. “Di bawah harga pasaran,” sesal Suriansyah.
Menurut Suriansyah, harga beras petani di Kalbar ini lebih mahal dibandingkan harga yang dipatok pemerintah–yang cenderung disesuaikan dengan harga di Jawa–dimungkinkan karena besarnya biaya operasional di tingkat petani.
Besarnya biaya operasional petani Kalbar ini, lanjut dia, lantaran sarana dan prasarananya tidak sebaik di Jawa, misalnya terkait irigasi, jalan usaha tani, ketersediaan pupuk, kualitas jalan dan lainnya.
“Ini yang membuat kami prihatin. Karena pada dasarnya kita sudah bisa swasembada pangan, tetapi beras yang dihasilkan petani tidak diserap akibat harga beli pemerintah yang jauh lebih rendah dari pasaran,” papar Suriansyah.
Selama ini, ungkap Suriansyah, beras yang dihasilkan petani Singbebas tidak masuk ke Bulog, tetapi sebagian langsung diserap pasar dan sebagiannya lagi menjadi stok di tangan petani. “Dimanfaatkan sendiri oleh petani,” katanya.
Alhasil, produktivitas petani Kalbar, khususnya di wilayah Singbebas sebagai lumbung padi, belum bisa mendongkrak tingkat kesejahteraan mereka.
Suriansyah menyarankan Pemerintah Daerah (Pemda) segera melakukan intervensi untuk mencari solusi guna mengatasi masalah ini.
“Misalnya dengan mensubsidi supaya Bulog bisa menyerap beras petani lokal, atau untuk penyediaan sarana dan prasarana pertanian,” ucap Suriansyah.
Apabila Bulog dapat menyerap beras lokal, tambah Suriansyah, niscaya petani akan lebih bergairah untuk meningkatkan produktivitasnya.
“Petani akan lebih giat menanam padi, kesejahteraannya meningkat, dan daerah kita tidak bergantung dengan beras dari daerah lain,” pungkas Suriansyah.(dik)