KALIMANTAN TODAY, BENGKAYANG – Petani karet di Desa Serindu Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang ingin menangis karena harga komoditas karet yang semakin anjlok. Sejak sepekan terakhir harga karet yang semula Rp10.000 rupiah per kilogram kini hanya dihargai Rp7000 rupiah per kilogram.
Anjloknya harga jual karet merupakan imbas dari merebaknya wabah virus Corona (Covid-19). Hal ini dirasakan langsung oleh Mahidin, seorang petani karet yang menyebut kondisi saat ini tidak seimbang dengan mahalnya harga kebutuhan pokok.
“Dengan harga karet yang cuma Rp 7000, tentu tidak seimbang dengan harga kebutuhan pokok yang saat ini melonjak tinggi. Saya harus pandai-pandai dalam mencari tambahan dari pekerjaan lain sebagai seorang petani karet,” ujar Mahidin saat ditemui di lahan perkebunan karet, Selasa (7/4/2020).
Mahidin mengatakan semua warga di daerahnya hanya berharap sumber penghasilan dari karet, dengan turunnya harga jual karet mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Ditambah lagi dengan penyebaran virus Corona (Covid 19) yang membuat warga semangkin khawatir terjangkit virus ini untuk mencari uang tambahan di luar.
Dalam sehari, ia bisa menoreh karet sebanyak 5 kg, jika di kalkulasikan dengan harga sekarang maka ia hanya berpenghasilan 35.000 per hari. Jika kondisi cuaca bagus ia bisa menyadap karet, namun jika kondisi hujan maka ia hanya bisa pasrah tidak dapat bekerja.
“Dalam sehari paling kalau diuangkan saya hanya dapat uang lebih Rp 35.000, ya.. itu pun kalau kondisi cerah, namun jika hujan saya tidak dapat menoreh dan tidak dapat menghasilkan uang. Karena jika menoreh di hari hujan karet yang di sadap tidak akan keluar getahnya dan pohonya pun akan mati.” Ungkapnya.
Mahidin berharap pemerintah segera memikirkan cara mengatasi harga getah karet yang semakin anjlok dan harga kebutuhan pokok yang semangkin tinggi terutama untuk para masyarakat menegah kebawah khususnya petani karet agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Penulis: Ernawati