KALIMANTAN TODAY, BENGKAYANG- Novalia Lisa (21), yang akrab dipanggil Aji ini kembali tampil pada Cap Go Meh Kabupaten Bengkayang, pada Sabtu 8 Februari 2020. Aji mengaku, sudah menjalani proses dan persiapan 90 persen.
Wanita berdarah Thionghoa ini sudah menjadi Tatung sejak masih duduk di bangku SD, sejak itu dia penasaran dan tertarik melihat atraksi dari orangtuanya.
Selain adalah budaya turun-temurun, Aji ingin memperluas dan memperkenalkan bahwa Thionghoa juga memiliki Tatung, dan melestarikan budaya yang sudah turun-temurun.
“Saya tertarik menjadi Tatung perempuan karena itu sudah turun-temurun, dari kakek saya, mama saya dan papa saya. Jadi saya ingin juga melestarikan budaya dengan menonjolkan kepada masyarakat bahwa Budaya Thionghoa juga memiliki budaya yang sangat indah. Kalau yang lain kan banyak, seperti Dayak dengan ritual adatnya, Melayu dan lainnya. Saya ingin menunjukkan kepada masyarakat ini loh budaya Thionghoa,” ucap Aji, Rabu (4/2).
Menjadi Tatung sudah berjalan hampir sembilan tahun, Aji mengaku awal sempat takut. Karena pada saat itu, dirinya sering mengikuti orangtuanya tampil atau atraksi dan melihat ada Tatung yang luka.
“Awalnya sih takut, karena pas saat itu saya lihat ada orang yang luka di kakinya. Tapi tahun depannya saya malah langsung ikut,” ceritanya dengan tersenyum.
Sebelum tampil pada hari H, Aji terlebih dahulu melakukan ritual dengan berpuasa 3-4 hari. Ia hanya makan nasi sama gula. Satu hari sebelum tampil, ia akan mengikuti prosesi pemandian dengan kembang yang menghadap ke langit, dan melakukan sembahyang.
“Kalau saya itu puasanya mulai tanggal 12 kalender China, dan pantangan makan. Karena kalau kami itu kan dewa, jadi puasa tidak makan yang berdarah-darah panas, dan daging . Kalau saya itu hanya makan nasi sama gula tiga, dan itu berlaku selama 3-4 hari sampai hari H,” ucapnya.
Aji menceritakan, ritual dan budaya Tatung ini sempat mau dibungkamkan oleh keluarganya, dengan alasan masih dirinya masih kecil. Namun menurut orang yang lebih tua atau disebut Shinchan itu tidak bolah berhenti, karena jika ditutup mereka akan menerima resiko.
“Resikonya kalau kami tidak gila, kami bisa menerima resiko-resiko lainnya. Karena ini sudah turun-temurun jadi tidak boleh ditutup sama Shinchan yang mengerti,” imbuhnya.
Lanjut Aji, menjadi Tatung dirinya dalam posisi antara sadar dan tidak. Karena pada saat itu, dirinya sudah dipinjamkan oleh dewa. Sehingga yang tampil dan disaksikan oleh masyarakat banyak itu bukan dirinya. Itu adalah dewa yang mengikutinya.
“Kita tu antara sadar dan tidak. Awalnya kaki akan dingin dan detak jantung lebih kencang, telinga juga terasa terngiang-ngiang. Kalau sudah masuk, kita antar sadar,” ucap Aji.
Aji menyatakan, setidaknya ada empat sampai lima dewa dan Dewi yang mengikutinya tetapi yang lebih dominan seperti ada dewa Nezha, Dewi ular, dewa mabuk dan dewa lainnya.
Aji dalam hal ini berpesan kepada masyarakat Thionghoa pada umumnya untuk terus melestarikan Budaya yang ada, dan tunjukkan kepada masyarakatuas bahwa Thionghoa juga memiliki budaya yang tidak kalah menariknya dari budaya lain di Indonesia. Ia menilai selama ini, Budaya yang ada kurang dipromosikan dan masih kurang produktif. Ia berharap kedepan budaya Thionghoa juga dilestarikan sama halnya dengan budaya lain.
“Maju trus buat budaya-budaya yang ada di Indonesia. Apapun itu,” beber Amoy berparas cantik ini.
Aji juga berharap, pemerintah lebih memperhatikan Cap Go Meh yang ada di Kabupaten Bengkayang sehingga dapat dikenal orang luar. Karena menurutnya, pontensi Tatung Bengkayang juga bisa dikenal oleh Indonesia, dan merupakan bagian dari wisata budaya. (Titi).