Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.
Atlantis Tenggelam Akibat Gempa Bumi.
Banjir Tenggelamkan SDN 03 Tenguwe Landak.
Dari ketiga judul di atas, judul manakah yang terkesan bombastis, lebay bahkan hiperbola (gaya bahasa melebih-lebihkan sesuatu dari kenyataan yang sebenarnya).
Bagi pengakses internet akan ‘gatal’ menekan link berita tenggelamnya SDN 03. Namun setelah membaca isi beritanya, si pembaca malah bertambah bingung. Karena tidak menemukan korelasi antara judul dan isi beritanya. Menyoal banjir setinggi 2 meter di pagi hari dan surut di sore harinya. Atau, banjir yang menggenang hanya beberapa jam saja.
Terlalu berlebihan pula dibilang ‘menipu’. Ngamuk pula para pengelola media online tersebut. Meski tidak bisa pula ditepiskan judul berita tersebut melebih-lebihkan sesuatu dari kenyataan yang sebenarnya dengan menggunakan kata: tenggelam.
Di sisi lain, judul berita tersebut memberikan dampak negatif tidak saja bagi pengelola sekolah namun juga pemerintah daerah. Kok bisa? Ini dikarenakan link berita tersebut dibagikan secara berantai di media sosial tanpa terlebih dahulu membaca isi berita secara keseluruhan. Cukup membaca judulnya saja, lalu menelan informasi tersebut bulat-bulat.
Bagi pengelola media tentu memberikan keuntungan dengan semakin banyak yang membaca beritanya.
Hanya saja, media pemberitaan mengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa. Trik-trik tertentu untuk menarik minat pembaca sah-sah saja dalam persaingan media, hanya saja ada rambu-rambu yang membatasi (kode etik jurnalistik). Terkecuali pemberitaan tersebut diarahkan untuk deal-deal tertentu dengan judul yang kelewat lebay. (Oleh: Maysramo)