KALIMANTAN TODAY, SANGGAU – Janji perusahaan perkebunan dan hutan tanaman industri yang beroperasi di Kabupaten Sanggau, untuk menyediakan masker untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), ternyata sepenuhnya terpenuhi.
Dari 34 perusahaan, baru empat yang menyumbang masker standar Karhutla. Empat perusahaan tersebut adalah PT. Bumi Tata Lestari (BTL), PT. Agrina Sawit Persada (ASP), PT. SISU 2 dan PT. Agri Sentral Lestari. Padahal batas akhir penyerahan masker adalah hari ini, Selasa (20/8).
Ketua satuan tugas (Satgas) penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) Kabupaten Sanggau yang juga adalah wakil Bupati Sangggau Yohanes Ontot menyebut dari 34 perusahaan perkebunan dan hutan tanaman industri yang beroperasi di Kabupaten itu, baru 4 perusahaan yang sudah memenuhi janjinya menyumbang masker standar untuk penanganan Karhutla.
“Nanti kita lihat hari ini, kita tagih terus, saya minta BPBD tagih terus,” kata Ketua satuan tugas (Satgas) Karhutla Kabupaten Sanggau, Yohanes Ontot kepada wartawan ditemui usai memimpin apale pagi di Posko Penanganan Darurat Bencana, di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Ilir Kota Selasa (20/8).
Disinggung langkah apa yang akan diambil Satgas Karhutla terkait mangkirnya sejumlah perusahaan dari janjinya tersebut, Ontot enggan berkomentar.
“Ya nanti kita lihatlah. Tapi saya yakin karena mereka sudah sepakat kemarin tu. Ya mudah – mudahan jangan janji tinggal janji,” kata Wakil Bupati Sanggau itu.
Ontot menjelaskan, masker yang sudah diterima diperuntukan bagi petugas Karhutla di lapangan.
“Karena memang risiko petugas di lapangan yang berjibaku dengan api dan asap itu sangat luar biasa,” terangnya.
Terkait kondisi Karhutla saat ini, Ontot menerangkan bahwa Karhutla tidak hanya terjadi pada musim kemarau, tapi juga berpotensi terjadi di musim hujan, meskipun tidak masif. Namun begitu, strategi penanganan Karhutla, baik musim kemarau ataupun musim hujan harus dijalankan.
“Harus ada persiapan, baik dari sisi manusianya, pelaratannya maupun pembiayaannya dan strategi yang harus kita buat. Termasuk mapping untuk kita bisa meningkatkan mitigasi terhadap bencana,” bebernya.
Ke depan, dalam penanganan Karhutla, Ontot menginginkan penanganan disesusuaikan dengan kondisi lapangan.
“Kita tidak boleh lagi nunggu kebakaran terjadi, tapi sudah kita awasi di situ. Misalnya daerah-daerah yang rawan terbakar akan kita awasi, ke depan nanti seperti itu. Jadi ndak ada lagi cerita nunggu kebakaran baru kerja, ngejar ke lokasi jak dah habis waktu,” tuturnya. (Ram)