KALIMANTAN TODAY, PONTIANAK – Salah satu petugas jaga di Pusat Layanan Anak Terpadu (PLAT) Kota Pontianak, P menjadi saksi turut diperiksa terkait awal kejadian penganiayaan yang dilakukan R dan W yang berakibat meninggalnya Ramadhan.
Salah satu Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABH) AS, bercerita bahwa seminggu sebelum kejadian, penganiayaan terhadap Ramadhan terlebih dahulu dilakukan oleh P.
DI PLAT, Ramadhan dimasukan diruang isolasi tanpa ada kejelasan. Ramadhan yang perokok tersebut tidak bisa keluar dari ruang isolasi yang menitipkan uang Rp.10 ribu pada AS untuk membeli rokok diluar PLAT.
Uang tersebut dititipkan AS pada P untuk dibelikan rokok. Tetapi P kemudian memasukan AS keruang Isolasi menemani Ramadhan.
“Saya kira P membelikan rokok ternyata tidak bahkan saya dimasukan diruang isolasi,” ujarnya Selasa (30/7).
Kata AS, karena uang diambil P dan dirinya juga dimasukan dalam ruang isolasi, Ramadhan kemudian memangil P untuk meminta uangnya dikembalikan. “Tetapi, P menganiaya Ramadhan didalam ruang isolasi, P menendang kepala Ramadhan ” ungkap AS.
Penganiayaan sempat terhenti saat AS melerai, P kemudian keluar ruang dan memerikaa kamar ABH yang kemudian masuk lagi keruang isolasi menampar kepala Ramadhan.
Pukulan itu membuat Ramadhan teriak kesakitan dan menangis. P kemudian masuk lagi keruang isolasi kembali menampar pipi Ramadhan agar korban berhenti menangis.
BACA JUGA: Kematian Anak di PLAT, Kadinsos Pontianak Akui Ada Kelalaian Petugas
Keesokannya, AS menceritakan hal tersebut pada Arif Kepala Seksi Pengawasan PLAT. Arif hanya mengeluarkan Ramadhan dari ruang isolasi tanpa ada komentar.
“P bukan sekali menganiaya Ramadhan, sebelumnya juga P menganiaya Ramadhan di halaman PLAT dengan cara ditendang dan semua ABH menyaksikan.” Papar AS.
Kata AS, dari jenjang waktu Ramadhan dianiaya hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit, dirinya sudah tiga kali melapor kepada P.
Pada laporan pertama kala itu sekitar pukul 05.00 wib, setengah jam setelah kejadian. P yang diketahui saat itu sedang berada di ruang depan bersama seorang tamu, tak menghiraukan laporan kepada dia.
“Saya bilang, ‘bang P, Adhan sakit’, dia (P) jawab, ‘dah biar jak dia (Ramadhan),” ungkapnya menirukan jawaban P kala itu.
Tak lama kemudian, AS kembali menghampiri P meminta agar Ramadhan dibawa ke rumah sakit. Namun P justru memberikan minyak urut kepada AS dan menyuruh dia mengoleskan minyak tersebut ke tubuh Ramadhan.
“Ini minyak KPU, olesin ke badan dia,” cerita AS menirukan perintah P.
Menjelang Magrib, AS datang kembali menghampiri P untuk memberitahukan keadaan Ramadhan yang sudah cukup mengkhawatirkan. Namun P meminta mereka melaksanakan sholat magrib saja.
Dijelaskan AS saat itu, mereka bertiga saja yang melaksanakan shalat. Sementara dua orang ABH lainnya yang diduga sebagai pelaku penganiayaan, menjaga Ramadhan di dalam kamar.
Usai melaksanakan sholat, ketiganya datang kembali ke kamar melihat keadaan Ramadhan. Kata AS, petugas P setelah mengecek keadaan Ramadhan, langsung ke luar kamar dan bermain telepon genggamnya.
“Jadi pas udah setengah delapan baru Ramadhan dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya. (jon)