Jumat , 22 November 2024
Home / BENGKAYANG / Dea, Juara Karate Asal Bengkayang Menuju Nasional

Dea, Juara Karate Asal Bengkayang Menuju Nasional

D169DF27-A801-41BC-A97C-8D9E765940F8

KALIMANTAN TODAY, BENGKAYANG – Dea Destia Renata Sitorus bocah 14 tahun berhasil lolos Olimpiade Olahraga Siswa Nasional  (O2SN) tingkat SMP, setelah berhasil menjuarai O2SN tingkat Kabupaten, bahkan menjadi sang Jaura pada O2SN di tingkat provinsi tahun 2019. Sehingga Dea yang akrab disapa akan mewakili Kalbar di tingkat Nasional pada ajang O2SN yang di adakan pada bulan Agustus mendatang, di kota Semarang.

Bocah kelahiran tahun 2005 ini mulai terjun di seni bela diri sejak duduk di bangku kelas IV SD. Saat itu, Dea termotivasi oleh video-video yang sering ia tonton melalui channel YouTube.

“Awalnya saya nonton di YouTube, kayaknya keren gitu. Lihat kakak-kakaknya keren, walaupun bonyok, tapi keren,” ujar Dea menceritakan pengalaman beberapa tahun silam.

Saat itu, siswi yang sedang duduk di bangku kelas IX SMPN 1 Bengkayang ini mengaku nekat belajar karate, dan ikut latihan. Baik yang di adakan disekolah maupun di luar sekolah. Ia ingin seperti mereka-mereka dalam video YouTube yang ditontonnya.

Dea memilih ekstrakurikuler Karate di sekolahnya, karena baginya, karate adalah olahraga yang sangat menentang– ia pun menyukai tantangan. Meski sering jatuh bangun, tapi ia lah sosok yang tak kenal menyerah– terus semangat.

“Semua orang pasti bisa, jangan ragu. Kita juga bisa seperti orang lain, semua orang memiliki kelebihan nya masing-masing dan termasuk talenta,” ucap anak tunggal ini, Senin (22/7).

Tak mau banyak ber-angan, Dea hanya berharap setelah tampil di tingkat nasional ia dapat membawa nama Indonesia ke kancah Internasional. “Harapan kedepan kalau sudah masuk nasional bisa bawa nama Indonesia ke tingkat internasional. Paling berharap itulah,” kata Dea.

Namun semua tentu perlu kerja keras, dan latih dan terus berlatih. Itulah yang akan dilakukan Dea jelang olimpiade yang tidak lama lagi. Hampir tidak ada waktu untuk Dea beristirahat.

“Latihan full, hanya istirahat hari Minggu. Capek pasti ya, cuma karena ada niat harus di paksakan. Selain latihan di sekolah, juga latihan dirumah. Kalau dirumah itu bapak yang latihkan,” ucapnya dengan penuh semangat.

Untung, Dea mendapatkan dukungan penuh dari kedua orangtuanya. Walaupun awalnya, memang sang ibu sempat meragukan niatnya. Pasalnya, sang ibu meragukan apa yang dipilihnya tidak akan lama alias suka-suka. Namun, berjalannya waktu–karena Dea juga menunjukan keseriusan dalam menekuni karate, justru kedua orangtuanya memberikan dukungan yang penuh.

Dea, tidak hanya mendapatkan dukungan dari orangtuanya, tapi juga dari pihak sekolah yang menjadi wadah baginya. Karena dukungan itu, semakin memicu dirinya untuk lebih semangat.

Hingga saat ini, Dea sudah berhasil mengumpulkan enam Piala, dan lima medali, tiga emas dan dua perak. Piala dan medali yang ia dapat hasil bertanding diberbagai tempat dalam event yang berbeda-beda. Meski tak semua mendapat juara satu, semua harus ia syukuri sebagai bentuk dari kerja keras ia selama ini.

Saat ditemui di sekolahnya, disela-sela latihan karate Dea mengatakan, sebelumnya juga pernah mengikuti Pekan olahraga Pelajar Daerah (Popda) mewakili kabupaten Bengkayang di Pontianak , mendapat juara dua. “kalah lawan anak SMA, karena itu tidak melihat umur tapi lihat dari berat badan,” ujarnya.

Baru-baru juga Dea mendapatkan juara satu di kelas KATA, dan juara satu di kelas KUMITE atau tarung pada kejuaraan Bupati Cup 2. Dea juga juara satu di Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) Februari 2019 lalu dikelas KATA, dan Juara 2 dikelas KUMITE atau Tarung. Dan pada ajang kejuaraan POPDA Juni 2019 kemarin Juara dua.

“Harus banyak usaha, jangan mudah nyerah dan cepat puas. Harus berlatih,” pesan Dea berapi-api.

Dicetak sebagai siswi yang berprestasi khusus di bidang olahraga karate tingkat SMP, Dea akan mewakili provinsi Kalbar di ajang O2SN tingkat nasional. Hal itu tentu menjadi beban baginya, bagaimana tidak, ia harus membawa nama Kalbar di kancah nasional.

” Walaupun agak sedikit takut tapi harus dilawan semuanya. Target masuk final nasional, minimal tidak main hanya sekali,” cetus anak dari pasangan Sabar Sitorus dan Monika Ain ini.

Tidak Pernah Setengah Hati dan Pantang Menyerah

Sang ibu, Monika Ain (41) menilai anaknya tidak pernah setengah-setengah dalam menekuni sesuatu yang ia (Dea) senangi. Ia akan menekuni dengan benar-benar dan serius. Itulah sosoknya anak tunggalnya. Ia juga anak yang tak pantang menyerah. Apalagi pernah gagal, akan bangkit kembali– apalagi itu sudah menjadi targetnya.

“Akan dikejar, intinya anaknya suka tantangan, apalagi tantangan yang bergengsi,” ujar Monika.

” Kenapa saya bilang suka tantangan, karena setiap dia menginginkan sesuatu atau minta dibelikan barang yang dia mau, saya (kami) selalu kasi tantangan misalnya minta belikan HP, kami bolehkan asal harus juara kelas dulu. Dan itu dibuktikan tamat SD puji Tuhan Dea juara 1,” kata Monika bercerita.

Awalnya memang, sebagai ibu tentu ada melarang Dea untuk ikut karate karena selain Dea anak satu-satunya, Dea juga perempuan. Ia merasa ada rasa tidak tega, karena kegiatan bela diri itu sangat keras. Namun dengan melihat semangat dan nekat Dea, serta juga mendapatkan dukungan dari suaminya (bapak Dea) iapun turut mendukung.

“sekali lagi saya bilang ke Dea, kalau mau ikut karate jangan hanya ikut-ikutan harus bisa prestasi– dan ternyata dibuktikan Dea,”, ucapnya.

Selain tantangan yang diberikan untuk memotivasi dirinya, dan baru-baru ini juga di ajang O2SN cabor Karate tingkat Provinsi, Dea meminta agar dibelikan Karate yang bermerek internasional (arawaza), namun katanya boleh dibelikan, asal bisa tembus ke nasional.

“dan lagi-lagi dibuktikannya puji Tuhan dapat Juara 1 juga, dan lanjut ke tingkat Nasional di Bulan Agustus mendatang. Dari itulah saya katakan Dea tidak bisa ditantang karena pasti akan dikejar,” ucapnya dengan tersenyum.

Istri dari Sabar Sitorus (45) juga menceritakan, Dea bukanlah sosok yang manja walaupun dia anak tunggal, anak satu-satunya. Dia juga kerap membantu pekerjaan rumah, seperti melipat pakaian, cuci piring, dan beberes rumah.

Sebagai seorang ibu tentu akan mendukung apa yang menjadi pilihan anaknya, termasuk karate. Selagi itu adalah hal yang positif bagi dirinya juga untuk orang banyak. Terlebih Dea sangat berpotensi dalam mengembangkan bakatnya.

“yang jelas dukungan doa yang terbaik tetap harus diutamakan,” ucapnya penuh bangga.

Monika dan suami berharap, dengan adanya prestasi Dea saat ini dapat memberikan motivasi bagi teman-teman seperjuangannya, dan adik-adik tingkatnya dibidang apa saja.

“Kami sebagai orang tua sangat berharap ada dukungan dari pihak pemerintah, karena ini bukan hanya membawa nama Dea sendiri tetapi membawa nama Kabupaten Bengkayang. Terlebih sampai mampu membawa nama Provinsi di tingkat Nasional itu bukan hal yang mudah, jadi diharapkan agar pihak pemerintah kabupaten Bengkayang juga bisa memperhatikan siswa siswi atau atlit yanv berprestasi agar mereka semakin bersemangat dan merasa dianggap, dan dihargai dan diperhatikan,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 1 Bengkayang, Emeliana mengatakan Dea adalah sosok anak yang simpel tetapi dalam lomba ia sosok anak yang memiliki motivasi tinggi untuk menjadi yang terbaik.

“Dia orang yang serius, dan juga pendiam. Saya pikir dengan modal seperti ini kalau yang serius bisa mendapatkan yang ia inginkan,” ujar Emel.

Sebagai kepala sekolah, kata Emel, ia juga tidak harus menuntut paling tidak Dea berbuat yang terbaik. Karena ia yakin dan percaya Dea juga pasti menginginkan yang terbaik.

“Apapun hasilnya, kami pihak sekolah tetap menghargai usaha anak tersebut (Dea),” tegasnya.

Selain itu, kata Emel tentu pihak sekolah akan menyiapkan atau memberikan penghargaan berupa sertifikat kepada Dea termasuk pada anak-anak yang berprestasi lainnya.

“Jangankan yang masuk ajang nasional, di tingkat sekolah pun kami menyiapkan sertifikat untuk bekal mereka masuk SMA. Apalagi sekarang secara pendaftaran PPDB ada yang tiga zona: zona prestasi, perpindahan orang tua, dan sistem zonasi sendiri. Melihat hal itu kita tetap memberikan bekal berupa sertifikat,” tegas Emel. (Titi)

Tentang Kalimantan Today

Cek Juga

Desa ODF di Kabupaten Sanggau Bertambah Jadi 13, Tertinggi di Kembayan

  KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Berlahan tapi pasti, jumlah desa Open Defecation Free (ODF) atau yang sudah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *