Kamis , 21 November 2024
Home / CULTURE / Polres Sanggau Gelar Lomba Sumpit dan Dayung Sampan Bidar

Polres Sanggau Gelar Lomba Sumpit dan Dayung Sampan Bidar

Wabup Yohanes Ontot, Kapolres, Ketua MABM dan Ketua KONI melakukan eksebisis sebelum lomba menyumpit dimulai, Jumat (12/7)---Kiram Akbar
Wabup Yohanes Ontot, Kapolres, Ketua MABM dan Ketua KONI melakukan eksebisis sebelum lomba menyumpit dimulai, Jumat (12/7)—Kiram 

KALIMANTAN TODAY, SANGGAU – Perayaan HUT Bhayangkara ke-73 masih berlangsung. Usai menggelar lomba tradisional di Kembayan, Polres Sanggau kembali menggelar lomba menyumpit dan lomba dayung sampan bidar, Jumat (12/7) di halaman Mapolres Sanggau dan Sungai Kapuas.

Wakil Bupati Sanggau, Yohanes Ontot, mengapreseasi Polres Sanggau yang dinilainya consern pada budaya daerah. “Pak Kapolres selalu mengeksplor berbagai potensi budaya yang ada di Kabupaten Sanggau. Termakasih pak Kapolres,” katanya.

Ontot mengaku bersyukur lantaran Kabupaten Sanggau adalah daerah yang beraneka ragam, baik dari suku, agama, adat-istiadat, serta budaya. Meski diakuinya untuk menyatukan, menyamakan persepsi dari berbagai latar belakang tersebut bukan perkara mudah.

“Harus melalui berbagai kegiatan dan pembinaan. Kalau pembinaan secara umum memang telah dilakukan saya dan pak bupati selaku kepala daerah. Rasanya Sanggau ini sudah bulat. Mulai saya Camat selama tujuh tahun. Sampai orangnya sudah hafal benar orangnya.
Sebagai kepala daerah pembinaan itu berjalan terus. Contohnya baru saja selesai, Gawai Dayak Kabupaten Sanggau. Nanti September ini, Paradje,” beber Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sanggau itu.

Semua kegiatan itu, lanjut dia, sebagai bentuk upaya mempertahankan budaya yang merupakan peninggalan nenek moyang.

“Kalau sumpit ini memang menarik bagi masyarakat Dayak. Dulu digunakan untuk mencari binatang. Dulu senapan lantak kan terbatas. Orang nembak tupai dan kera pakai sumpit. Sumpit itu diolesi ipoh. Sekarang ipoh ini agak sulit dicari, tapi masih ada. Diambil getahnya. Itu mau dibuat satu menit, satu detik bisa. Saya dulu pelakunya, waktu SD,” ungkapnya.

Onto mengakui jika kegiatan menyumpit itu sudah hampir tak adalah lagi. Karenanya momen lomba adalah salah satu upaya untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan pada generasi muda.

“Bukan persoalan budaya siapa, tapi ini adalah yang menjadi aset sebuah bangsa dan daerah. Ini perlu kita pahami. Sehingga tak lagi kita melihat ini dari Dayak, Melayu, Tionghoa dan sebagainya,” pungkas Ontot.

Lebih jauh ia berharap semua etnis, suku, agama terlibat menjaga dan memelihara dan melestarikan budaya. (Ram)

Tentang Kalimantan Today

Cek Juga

Nakes Wajib Tangani Pasien Gawat Darurat, Junaidi: Administrasi Tak Bisa Diabaikan 

  KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Pasien gawat darurat wajib mendapat penaganan tenaga kesehatan ketika di pusat pelayanan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *