Oleh: Masyramo
Suara-suara itu mulai terdengar, paska perhitungan suara Pemilihan Presiden 2019 usai diselesaikan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat. Ditegaskan lagi dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak semua gugatan yang diajukan. Suara-suara yang menginginkan adanya orang Dayak menjadi menteri dalam kabinet Presiden Jokowi jilid II nyaring terdengar.
Permintaan yang wajar disuarakan. Dua kali Jokowi maju dalam konstestasi pemilihan presiden, Dayak tak ragu memberikan dukungan penuh. Suara yang diberikan pun tak bergeser jauh di dua kali gelaran pilpres. Pada. Pilpres 2014, Kalbar menyumbang 1.573.046 suara atau 60,38 persen dan mengalami kenaikan1.709.896 suara atau 57, 51 persen pada Pilpres 2019.
Apalagi bagi masyarakat Kalbar, bukanlah perkara mudah melewati setiap proses pemilihan. Kondisi masyarakat yang telah memiliki pilihan menjadi dua kubu dan saling berhadap-hadapan. Terlebih jarak pemilihan presiden dengan pemilihan gubernur tidaklah terlalu jauh. Euforia kemenangan pada pemilihan gubernur masih begitu berkobar, meski suara yang dihasilkan tidak terlalu lebar Sutarmidji-Ria Norsan mendapat 1.334.512 suara dan Karolin Margret Natasa – Suryadman Gidot mendapat 1.081.878 suara. Selisih 252.634 suara.
Dengan pilihan yg tak lagi bergeser dan euforia kemenangan yang menyala-menyala, perhelatan pilpres dilakukan. Hawa panas sisa pilgub belum lagi hilang, dua kubu kembali bertarung dengan mengandalkan tenaga yang masih tersisa. Meski luka sisa kekalahan masih menggulirkan darah dan perih menyesak di dada, Dayak penuh keyakinan dengan lantang menyatakan dukungannya kepada Joko Widodo sebagai calon presiden periode 2019-2024. Hal yang tidak dilakukan oleh kelompok lain di Kalimantan, meski kemudian ikut pula menikmati segala berkah pembangunan di masa kepemimpinan presiden Jokowi periode 2014-2019.
Dayak dan pendukung Jokowi di Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat, kembali merapatkan barisan dan melupakan kisah pahit hasil pilgub 2018. Dibawah kepemimpinan orang yang sama di 2014, meski dengan kondisi yang berbeda, orang itu kembali merajut kebersamaan dan menyembuhkan luka saudara-saudaranya di daerah pedalaman yang tak terjangkau. Orang ini berbulan-bulan lamanya, bagai Panglima Burung, berkelebatan dari satu pohon ke pohon lainnya memompa semangat untuk bangkit dan bersatu.
Dalam beberapa foto yang sempat terabadikan, orang ini tampak begitu lelah pada sebuah gubuk ditemani istri tercinta yang begitu setia kemanapun dia melalalang buana. Kelelahan yang wajar diusianya yang tak lagi muda. Namun demi Indonesia yang diyakininya, darah mudanya akan terus berkobar.
Perjalanannya berbulan-bulan hingga daerah pedalaman yang paling dalam pun berbuah manis di hari pemilihan. Suara bulat untuk Jokowi, PDI Perjuangan meraih suara terbanyak dan buat dirinya, tercatat peraih suara terbanyak ke dua se Indonesia.
Suara-suara yang menginginkan adanya orang Dayak menjadi menteri merupakan bentuk penghormatan atas segala jerih payah dan pengorbanannya. Meski Dayak paham bahwa urusan memilih menteri menjadi hak mutlak presiden. Hanya saja, aspirasi bukan lah sesuatu yang di larang untuk disuarakan, meski nantinya tidak terwujud. Dayak tetap bangga menjadi bagian dari kemenangan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia. (*)
ORANG CINA Boleh Jadi Menteri……
Kenapa ORANG DAYAK Dipersulit????…..
Bnyak Orang Dayak Berkompeten, Seperti Cornelis, Willy Yoseph, Marhin Billa, dll….
Wuakakakkk…
Agaknya penggantian penggunaan kata Cina menjadi Tionghoa belum secara umum diketahui. Ada baiknya pemilihan kosa kata yang konotatif diperiksa terlebih dahulu ketepatannya sebelum diposting.
Saya beritanya kayak puisi ya?